Beranda Kepri Waspadai Covid-19 Lewat Jalur Masuk Batam dan Tanjungpinang

Waspadai Covid-19 Lewat Jalur Masuk Batam dan Tanjungpinang

Menyeberang Batam-Pinang kini sudah bebas tes antigen, asalkan sudah mempunyai vaksin lengkap.
Terminal Feri Sribintanpura Kota Tanjungpinang.
Salah satu akses masuk Indonesia melalui jalur pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, Kepri.
Terminal feri internasional Sribintanpura merupakan salah satu jalur akses masuk ke Indonesia.

Keprisatu.com – Akses masuk Indonesia lewat jalur laut pelabuhan Batam dan Tanjungpinang perlu diwaspadai, menyusul tak terkendalinya Covid-19 di negeri tetangga. Pasalnya, di saat berhasil mengendalikan varian Delta, Singapura, Malaysia, dan Filipina justru menghadapi kenaikan jumlah kasus yang lebih besar.

Para pengamat meminta agar pemerintah untuk tidak lalai agar situasi pandemi di dalam negeri yang mulai membaik bisa terus terjaga. Salah satu upaya yang tengah pemerintah lakukan adalah dengan menjaga ketat perbatasan Indonesia.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku dari Satgas Penanganan COVID-19, Dr Sonny Harry B Harmadi, menyebutkan bahwa saat ini pemerintah telah mengurangi pintu masuk bagi warga negara asing ke Indonesia.

Ia menjelaskan akses masuk lewat jalur udara pada saat ini hanya dapat melalui Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Sam Ratulangi di Manado. Sementara itu, jalur masuk melalui darat yang dibuka terdapat pada beberapa titik. Untuk wilayah perbatasan dengan Malaysia, pintu masuk dapat melaui Entikong di Kalimantan Barat, Aruk di Kalimantan Tengah, dan Nunukan di Kalimantan Utara.

Sedangkan untuk perbatasan dengan Timor Lester, jalur masuk hanya bisa melalui Motaain. Untuk akses laut sendiri, jalur masuk hanya bisa melalui Pelabuhan Batam dan Tanjungpinang.

“Kita juga meningkatkan lagi pengawasan terhadap jalur-jalur ilegal. Jalur perbatasan darat dan laut kita kan begitu luas, sehingga ada penguatan pengamanan perbatasan,” kata Sonny dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, seperti dikutip Keprisatu.com, Kamis (30/9/2021).

“Kita sudah belajar dari kasus-kasus sebelumnya. Begitu ada orang masuk ke Indonesia, yang umumnya merupakan pekerja migran (yang dipulangkan), mereka langsung dilakukan tes PCR di tempat.”

November, Pemerintah Berencana Izinkan WNA Masuk Indonesia
“Dalam waktu satu jam, kita sudah bisa memisahkan orang yang positif dan negatif,” lanjutnya.

Selain itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan jumlah tes yang dilakukan. Sonny memberi contoh jumlah tes pada akhir Mei lalu dalam satu pekan berada di kisaran 434 ribu. Saat ini, dalam periode satu pekan, jumlah pemeriksaan dapat mencapai lebih dari 1,1 juta.

Sementara itu, Dr. Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) mengatakan terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah agar situasi pandemi di dalam negeri tidak memburuk.

Ia menyebutkan perbedaan data antara kasus yang dilaporkan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta upaya tracing di daerah yang masih minim perlu mendapatkan perhatian khusus.

“Berapa besar selisihnya? Antara 20 persen sampai 34 persen. Ini harus menjadi catatan. Mestinya tidak boleh terjadi ada gap antara kasus yang ada di lapangan dengan kasus yang dilaporkan secara resmi setiap hari,” ujar dia.

Ia lalu mengungkapkan data tracing di 49 kabupaten dan kota di Jawa yang hanya menjangkau 69,7 persen dari target standar sebesar 80 persen.

Walaupun pemerintah telah mengklaim bahwa jumlah pengujian (testing) yang dilakukan sudah mengalami peningkatan yang signifikan, Masdalina berpendapat bahwa jumlah testing yang dilakukan masih terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah suspek yang dilaporkan pemerintah sendiri.

Menurutnya, pemerintah hanya mampu melakukan testing terhadap sepertiga hingga setengah dari jumlah suspek yang ada. Hal ini berarti masih ada cukup banyak suspek yang belum terjangkau tes.

“Padahal, prioritas untuk testing sebenarnya adalah mereka yang masuk dalam kategori suspek ini.” (KS04)