Beranda Nasional Kawasan Lumpur Sidoarjo setelah 14 Tahun: Disiapkan Jadi Wisata Dunia

Kawasan Lumpur Sidoarjo setelah 14 Tahun: Disiapkan Jadi Wisata Dunia

KOTA BARU: Jalan tol dan arteri baru menjadi infrastruktur pusat keramaian baru di Porong. Kawasan pergudangan, pertokoan, dan bisnis lain mulai tumbuh. (Boy Slamet/Jawa Pos)

Keprisatu.com – Hari ini, 28 Mei, lumpur panas menyembur dahsyat di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong (versi lain menyebut 29 Mei 2006). Itulah awal tragedi panjang. Setelah 14 tahun berlalu, bagaimana kondisinya sekarang?

MERAIH berkah dari musibah dan bencana. Pemkab Sidoarjo merancang konsep masa depan untuk mengembangkan kawasan lumpur panas. Setelah 14 tahun berlalu, area semburan dan sekitarnya akan disulap menjadi kawasan wisata terintegrasi.

’’Kami awali dengan pengembangan infrastruktur lanjutan,’’ kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo Heri Soesanto kemarin (27/5).

Heri mencontohkan kelancaran lalu lintas berkat adanya Jalan Arteri Baru Porong dan jalan tol Porong–Gempol. ’’Jalan tol baru ini merupakan relokasi sejauh 3 kilometer ke barat dari tol Surabaya–Gempol ruas Porong–Gempol yang habis terendam lumpur. Ada juga rencana relokasi rel kereta api,’’ terangnya.

Dari Sidoarjo, rel akan dilewatkan Tulangan dengan jalur baru. Lalu, keluar ke sebelah barat arteri sampai nanti mengarah ke Bangil. Di titik itu, ada pertemuan dengan jaringan rel lama. Setelah rel baru tersebut, ada infrastruktur yang tertinggal. ’’Pemkab berkoordinasi dengan PT KAI Daop 8 untuk menggunakannya sebagai rel khusus wisata,’’ ujarnya.

Kereta wisata direncanakan berupa kereta terbuka. Start Surabaya berhenti di Stasiun Porong. Baru nanti transit dengan moda penghubung. Bisa minibus terbuka. Bahkan, rute bisa sekaligus menuju ke Tlocor. ’’Mudah-mudahan ada investor dan daop 8 menangkap peluang ini,’’ tuturnya.

Jalan Arteri Porong Lama juga diharapkan tidak ditutup. Kalau diserahkan daerah, jalan itu nanti bisa menjadi kawasan olahraga. Misalnya, drag race. Jadi, ada ruang untuk balapan atau olahraga lain seperti skateboard alias sepatu roda. Bisa jadi event-event besar yang mendunia dan berskala internasional. ’’Yang penting dimanfaatkan,’’ tegas mantan Kabag hukum tersebut.

Saat ini pemkab mengajukan draf kerja sama ke Pusat Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (PPLS) selaku pengelola kawasan lumpur. Diharapkan, ada sinergi dalam pembangunan geowisata, kawasan hutan kota, agrobisnis, serta pengembangan sentra kuliner kawasan lumpur.

Pendekatan juga dijalin dengan Kemenko Kemaritiman dan Investasi. Dengan begitu, kawasan Mindi, Pejarakan, dan Besuk yang sudah dibebaskan dengan dana APBN bisa menjadi sentra kuliner. ’’Artinya, titik itu bisa menjadi destinasi wisata baru,’’ ungkap doktor hukum lulusan Universitas Brawijaya (UB) tersebut.

Apalagi, di Jabon banyak tambak udang dan bandeng. Nanti mereka bisa jadi supplier sentra kuliner tersebut. Perhimpunan hotel dan restoran juga dilibatkan dalam pengelolaan. Sebab, jika hanya menjual wisata pemandangan lumpur, memang kurang menarik.

’’Tapi, menciptakan momen di sana, itu yang penting. Kawasan lumpur harus jadi magnet untuk event besar,’’ katanya. ’’Saya malah berharap ada kereta gantung. Start di Intako dan sampai center point di Taman Apkasi,’’ lanjutnya.

Taman Apkasi bisa jadi subterminal. ’’Sinkron dengan wisata Tlocor. Dari Apkasi bisa lanjut ke Tlocor,’’ tandasnya.

Porong Sudah New Normal Duluan

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sidoarjo Sukiyanto menilai, saat ini Porong sudah mengawali new normal. Sebelum musibah dulu normal. Lalu, ada semburan. Kini berproses terus sebagai new normal. ’’Bahkan mungkin bakal lebih bagus. Lebih bergeliat dari sebelumnya. Didukung dengan adanya wisata lumpur,’’ terangnya.

Bahkan, di Jabon juga mulai dibangun kawasan industri. Otomatis berimbas ke Porong. Pasar besar juga berada di Porong. Dengan penataan kawasan lumpur, Porong akan menjadi paling bagus dibandingkan kawasan lain di Sidoarjo. Arteri baru dan jalan tol juga sudah ada. Yang terpenting, lingkungan di kawasan lumpur sudah new normal. ’’Itu tidak mudah lho,’’ katanya.

Bisa jadi, lanjut Sukiyanto, geliat ekonomi masa depan di kawasan lumpur justru banyak dimotori investor asing. Dia mencontohkan kawasan industri di Jabon. Sasaran kawasan tersebut bukan pengusaha yang sudah ada di Sidoarjo. Melainkan pengusaha dari luar negeri yang didatangkan untuk investasi ke sana. Bukan hanya pengusaha lokal. Imbasnya, di Porong akan berdiri hotel-hotel, kos-kosan, dan sebagainya. ’’Sesuatu yang baru akan muncul semua,’’ terangnya.

Sukses Bangkit Lagi karena Andi Gigih

Purwarupa kebangkitan korban lumpur terlihat dari kesuksesan Andi Rifiyansah. Pengusaha muda kerajinan berbahan kaca borosilicate itu semakin moncer. Andi pernah terpuruk. Terusir dari rumahnya di Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (TAS). Namun, sekarang kerajinannya justru mendunia.

Andi bangkit dengan ditemani sang istri, Puji Astutik. Mereka membangun tempat produksi dan ruang pameran kerajinan dengan label Netha Glass (Specialist Glass Handmade) di Buduran. Beragam desain dan model terlihat. Jumlahnya ratusan. Ukurannya mini hingga besar. Bahannya sama, yaitu kaca borosilicate. Lebih dikenal dengan kaca pyrex.

SELALU OPTIMISTIS: Andi Rifiyansah dan Puji Astutik selalu bekerja sama dalam usaha mereka. (Boy Slamet/Jawa Pos)

’’Pyrex itu sebenarnya merek. Nama bahan kacanya borosilicate,’’ terang Andi. Bahan itu diimpor dari Jepang.

Andi bersyukur. Usaha yang dirintisnya dengan penuh liku itu semakin maju. Jatuh bangun hingga menjadi korban lumpur. Dia merintis usaha pada Desember 2004 di Perum TAS 1. Pada 2005, usahanya berjalan. Pembeli berdatangan.

Tapi, itu tidak bertahan lama. Usahanya goyang. Luapan lumpur panas pada 2006 menumbangkan usaha mereka. Rumah mereka tenggelam. Habis. Pada 2007, mereka pindah ke Perum TAS 2. Pinjam rumah tetangga yang tidak ditempati. Kerajinan diungsikan ke rumah orang tua Andi dan Puji di Mojokerto.

Pasangan itu dengan sabar memulai lagi usaha dari awal. Sebab, banyak yang mengira Andi tidak lagi berkarya akibat kekejaman bencana lumpur. ’’Kami benar-benar harus berjuang lagi,’’ ucap Andi.

Dia tidak pegang uang. Telepon genggam terpaksa dijual. Laku Rp 200 ribu untuk mencukupi kebutuhan makan. Sampai-sampai Andi dan Puji harus menghadapi para penagih utang. Mereka sering kucing-kucingan. Memulai usaha sambil sembunyi di belakang rumah.

Pintu dikunci. Gorden tertutup rapat. Hanya ada satu lubang kecil untuk tempat mengintip jika ada orang mengetuk pintu. ’’Kalau debt collector yang datang, semua peralatan langsung saya matikan,’’ lanjut pria 41 tahun tersebut, lantas tertawa.

’’Allah mahabaik. Saat tidak punya uang, ada orang datang minta dibuatkan cincin,’’ kata perempuan 41 tahun itu. Cincin tersebut akan dia jual lagi. Orang itu menyerahkan Rp 50 ribu. Pasrah dibuatkan cincin seperti apa bentuknya.

Di tengah kesulitan mahaberat, pasangan yang menikah pada 2005 itu terus memupuk asa. Pada 2010, usaha mereka mulai lancar. Pesanan terus berdatangan. Rata-rata per hari 30 hingga 60 produk. Dikirim ke berbagai wilayah Indonesia. Bahkan hingga luar negeri. Di antaranya, Malaysia, Singapura, Jerman, hingga Belanda.

Omzet pun melejit. Per bulan, Andi dan istri mengantongi setidaknya Rp 65 juta. Mereka bisa merekrut karyawan. Masa pandemi ini mereka anggap sebagai ujian lagi. Banyak event untuk pasar produk mereka yang batal digelar. Pendapatan turun.

Tapi, pengusaha ’’tahan banting’’ itu tetap berkarya. ’’Kami sudah pernah mengalami yang lebih (buruk) daripada ini,’’ ucap Puji yang mendampingi Andi. Keduanya percaya usaha mereka kembali bangkit. Yakin akan pertolongan Tuhan.

RENCANA ZONA DESTINASI WISATA GEOLOGI DI KAWASAN LUMPUR PANAS

  • Center Point: Taman Apkasi Desa Mindi
  • Zona Museum Geowisata: Desa Mindi
  • Sentra Kuliner: Desa Mindi, Desa Besuki, Desa Pejarakan
  • Greenbelt, Zona Greenhouse, dan Outbound: Desa Mindi, Desa Pejarakan
  • Rest Area: Desa Siring
  • Wisata Agro: Desa Pamotan, Desa Siring
  • Zona Konservasi Lingkungan: Desa Gempolsari
  • Zona Konservasi Fauna: Desa Glagaharum
  • Area Komersial: Desa Juwetkenongo, Desa Porong

Wilayah Pengembangan

Kecamatan Jabon:

  • Desa Besuki
  • Desa Pejarakan

Kecamatan Tanggulangin:

  • Desa Kedungbendo
  • Desa Ketapang
  • Desa Gempolsari

Kecamatan Porong:

  • Desa Glagaharum
  • Desa Renokenongo
  • Desa Mindi
  • Desa Jatirejo
  • Desa Siring
  • Desa Gedang

Sumber: jawapos