Keprisatu.com- Hidup berkecukupan dan memiliki keluarga bahagia, menjadi salah satu impian dari pasangan Wahyu Imam Mahmud dan Berta.
Kedua pasangan bertemu, setelah sama sama menginjakkan kaki di Batam tahun 1994 untuk pertama kalinya . Mereka memutuskan untuk menikah dan berencana memiliki keluarga kecil dan memiliki satu anak perempuan.
Namun, agaknya saat ini keluarga kecil Wahyu yang asli dari Malang Jawa Timur ini dan Berta yang berasal dari Palembang , harus bersabar dengan kondisi yang saat ini mereka alami.
Selain harus menanggung biaya hidup keluarga inti, anak dan istri, Wahyu yang hanya bekerja sebagai teknisi di sebuah perusahaan di Batam Centre ini, juga harus menjadi tulang punggung bagi tiga saudara dari Berta yang hidup bersama keluarga mereka.
Di rumah sederhana di Perumahan Puribrata Indah Blok A Nomor 2 Kelurahan Sagulung Kota , Kecamatan Sagulung Kota Batam, Keluarga Wahyu tinggal tidak hanya bersama keluarga inti.
“Kami tinggal juga dengan saudara istri, jumlahnya tiga orang,” ujar Wahyu memulai cerita saat dikunjungi oleh rombongan dari Yusuf SMn MM, Anggota DPRD Kepri akhir pekan lalu.
Wahyu merinci dari ketiga saudara sang istri, satu orang berstatus duda, satu adiknya dalam kondisi mengalami keterbelakangan mental dan sakit sakitan, serta satu orang lajang yang belum bekerja.
Dalam kondisi itu, mereka tinggal di rumah yang kondisinya memprihatinkan . Kediaman mereka nyaris roboh .
Saat di kediaman Wahyu , nampak kondisi atap rumah banyak yang yang bolong termakan usia. “Rumah kami ini sudah lama, atapnya memang sudah banyak yang bolong dimakan usia, Kalau hujan pasti rumah kami kebanjiran,” ujar Wahyu kepada rombongan Yusuf SMn MM, Anggota DPRD Kepri yang bertandang ke sana.
Wahyu sudah mencoba mengakalinya dengan menutup atap dari bagian dalam supaya tidak bocor dan bisa menampung air hujan dengan mengunakan terpal.
Namun sama saja, hasilnya rumah mereka kerap kemasukan air karena terpal yang dipasang Wahyu juga tak bisa menampung air hujan karena kondisinya juga kurang bagus; terpal penutupnya juga banyak lobangnya.
Di bagian lain, Wahyu juga kerap ketar ketir saat dia melihat atap yang disanggah dengan usuk berbagan kayu , terlihat ringkih dan lapuk di makan usia .
“Rumah ini sudah lama, kayunya juga sudah banyak lapuk, kami kuatir roboh sewaktu waktu, ” ujar Wahyu menceritakan kondisi rumahnya.
Wahyu mengaku kondisi tersebut sudah dia rasakan beberapa tahun belakangan. Menanggung biaya hidup dari anak dan istrinya, sudah cukup membuat dirinya berat.
Namun , Wahyu juga tidak ingin melepaskan tanggung jawab terhadap ketiga saudara dari istrinya yang memang kondisi juga tidak kalah memprihatinkan. Apalagi salah satu dari ketiganya dalam kondisi keterbelakangan mental.
Saat ini, selain tetap berusaha memperbaiki kondisi rumahnya yang nyaris roboh, Wahyu mengaku hanya bisa berpasrah dan mengharapkan ada donatur yang berbaik hati membantu.
“Jika melihat kondisi rumah dan penghuni di dalamnya, kita sangat prihatin, untuk itu kami juga mengajak warga yang ingin membantu meringankan beban Pak Wahyu, bisa datang langsung ke kediaman nya di Sagulung,” papar Yusuf SMn yang hari itu sengaja datang ke sana melihat langsung kondisi Wahyu.
Yusuf mengaku mendapatkan informasi dari RW setempat yang menyampaikan kondisi Wahyu. Dia juga berharap ada dermawan yang mau membantu Wahyu. (KS03)
Editor Teguh Joko Lismanto
” width=”20″ height=”20″>