Beranda Internasional Sikap Singapura Berubah terhadap Perawat yang Pakai Hijab

Sikap Singapura Berubah terhadap Perawat yang Pakai Hijab

PM Singapura Lee Hsien Loong membantah ras Tionghoa mendapat keistimewaan di Singapura.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong
PM Lee menyebut Singapura akan mengizinkan perawat memakai hijab.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong

Keprisatu.com – Sikap Singapura Singapura berubah terhadap perawat yang memakai hijab. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bahkan akan mengizinkan penggunaan hijab bagi para perawat Muslim di sana.

Hal itu Lee ucapkan setelah berdialog secara tertutup dengan komunitas Muslim Melayu dan perwakilan pemimpin agama, Sabtu (10/4). Menurutnya, jilbab telah menjadi sebuah busana umum di Negeri Singa itu.

“Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya telah menyimpulkan, kami harus bersiap untuk mengambil tindakan seperti itu (membolehkan jilbab) untuk perawat karena sikap orang-orang telah berubah. Dalam peraturan sosial dan pekerjaan, jilbab sekarang lebih umum,” kata Lee sebagaimana CNN melansir Channel News Asia.

Lelaki berusia 69 tahun ini, pemerintah Singapura telah mempertimbangkan perihal tersebut sejak lama. Secara diam-diam, pemerintah Singapura telah berkonsultasi secara intensif dengan sejumlah pihak.

“Kami harus memastikan bahwa semua orang memahami ini adalah penyesuaian yang cermat. Juga kami ingin orang-orang menyadari batasannya, saat kami melakukan perubahan ini. Harus memastikan bahwa warga Singapura, baik Muslim maupun non-Muslim, siap menerima langkah ini,” Lee menerangkan.

Dengan pemikiraan dan pertimbangan yang cermat, proses ini Lee menyebutnya akan memakan cukup waktu. Karenanya Lee meminta para pemimpin masyarakat untuk membantu Pemerintah Singapura dalam proses tersebut selama beberapa bulan ke depan.

“Saya berharap pada Rapat Umum Hari Nasional, yang akan berakhir pada akhir Agustus (2021), kami sudah siap untuk membuat keputusan. Saya akan memiliki sesuatu sebagai bahan laporan,” ujar Lee.

Dialog tentang penggunaan jilbab bagi perawat sudah dicetuskan Lee sejak 2014 atau pada tahun pertamanya menjadi PM Singapura. Lee banyak melakukan diskusi tertutup dengan komunitas Muslim Melayu dan para pemimpin agama.

“Kami adalah negara multiras dan multiagama. Ini adalah keseimbangan yang rumit, tapi kami berkomitmen penuh untuk menjaga harmoni kami, dan untuk menjaga ruang bersama kami. Kami ingin menghindari terciptanya konsekuensi yang tidak diinginkan,” ucap Lee.

Langkah Konstruktif dan Jujur 

Menteri Urusan Muslim Singapura, Masagos Zulkifli mengatakan, dialog Lee itu merupakan langkah yang konstruktif dan jujur. Karenanya Masagos meminta para pemimpin masyarakat di Singapura mendengar dengan saksama apa posisi dan pertimbangan pemerintah.

“Intinya adalah bagaimana kami menjaga keseimbangan dalam memungkinkan perawat mengenakan jilbab dengan seragam mereka, sehingga keputusan ini mendapat dukungan semua komunitas, menjaga kesamaan ruang, dan sekaligus memperkuat kohesi sosial,” katanya.

Selama ini Pemerintah Singapura tak mengizinkan perawat mengenakan jilbab karena ada kekhawatiran dapat merusak harmonisasi dengan pasien. Sebagai negara bebas, Singapura sangat berhati-hati dengan persoalan publik yang beririsan dengan bisnis.

“Kami berempati bahwa mereka ingin menjalani kehidupan religius yang bermakna setiap hari, karena ini juga identitas agama mereka. Kerukunan ras dan agama kami sangat berharga dan komunitas Muslim Melayu akan menjaganya bersama dengan warga Singapura,” katanya.

“Kami akan terus melibatkan warga Singapura dalam masalah ini. Saya berharap untuk mencari dukungan semua orang saat kami membahas masalah ini,” kata Masagos.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Singapura, Kasiviswanathan Shanmugam, pada akhir Maret lalu telah memberi isyarat bahwa akan ada perubahan sikap Pemerintah terkait perawat yang memakai hijab. (ks04)