
Batam, Keprisatu.com – Nelayan di sekitar perairan Pulau Bulan menyampaikan keluhan mengenai keberadaan buaya yang lepas akibat tanggul penangkaran yang jebol kepada DPRD Kota Batam.
Keluhan nelayan juga sudah disampaikan kepada PT PJK bersama PT Indotirta Suaka mengelola peternakan babi di Pulau Bulan, yang keduanya masih dalam satu grup perusahaan yang mengelola area tersebut.
Merespon hal ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam menggelar inspeksi mendadak ke penangkaran buaya di Pulau Bulan yang dikelola oleh PT Perkasa Jagat Karunia (PJK).
Wakil Ketua DPRD Kota Batam, Aweng Kurniawan, menegaskan bahwa sidak dilakukan untuk merespons keluhan nelayan yang khawatir akan keselamatan mereka akibat buaya yang lepas. Beberapa nelayan bahkan melaporkan ada yang terluka akibat gigitan buaya.
“Kami ingin tahu bagaimana tanggung jawab perusahaan dalam menangani permasalahan ini dan apa upaya yang dilakukan untuk mengembalikan buaya yang lepas,” ujar Aweng.
Aweng juga meminta perusahaan untuk lebih intensif berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti kepolisian dan BKSDA, guna mengembalikan buaya yang melarikan diri dan memastikan kejadian serupa tidak terulang. Ia juga mengingatkan pentingnya penataan dan pengamanan yang lebih baik, mengingat usia penangkaran ini sudah mencapai puluhan tahun.
Di lokasi, Pimpinan PT PJK, Toni Budiharjo menjelaskan terdapat tiga lapis tanggul yang mengelilingi dua danau tempat buaya dipelihara. Danau yang lebih besar menampung sekitar 150 ekor buaya, sementara danau kecil di sebelah kiri hanya berisi tujuh ekor buaya. Tanggul yang mengelilingi danau-danau tersebut jebol akibat meluapnya air dan derasnya arus hujan beberapa hari sebelumnya.
Menurut Toni, perkirakan sekitar tujuh ekor buaya telah lepas dari penangkaran setelah jebolnya tanggul tersebut, namun dia belum bisa memastikan jumlah pasti buaya yang melarikan diri sampai proses penghitungan dilakukan.
Populasi buaya di penangkaran tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 800 ekor. Buaya-buaya yang diternakkan adalah jenis crocodile phosphorus, yang kulitnya diekspor ke luar negeri untuk kebutuhan industri.
Toni menyebutkan bahwa pihak perusahaan telah menangkap empat ekor buaya yang lepas dan terus melakukan pencarian, baik siang maupun malam. Mereka juga telah berkoordinasi dengan Polsek dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk penanganan lebih lanjut. (KS03)