Beranda Kepri Pertumbuhan Ekonomi Kepri Terparah Kedua di Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Kepri Terparah Kedua di Indonesia

Rencana pembukaan travel bubble antara Kepri dan Singapura mundur ke tanggal 7 Mei 2021.
Kunjungan wisman ke Kepri terus mengalami penurunan gegara pandemi covid-19.
Hancurnya pariwisata Batam ikut memperparah perekonomian Kepri.

Keprisatu.com – Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengungkapkan data lima provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia. Dari lima provinsi itu, Bali paling parah, kemudian Provinsi Kepri.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I sampai III masih terkontraksi 2,03% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada 5 November 2020 lalu, BPS juga melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 3,49% secara tahun ke tahun (yoy) pada kuartal ketiga tahun 2020. Angka pertumbuhan tersebut membaik dari kuartal sebelumnya yang tercatat minus 5,32%.

Lantas, provinsi mana saja yang pertumbuhan ekonominya terendah pada triwulan III 2020? Barikut ini daftarnya:

1. Bali

Bali menjadi provinsi dengan kontraksi pertumbuhan paling dalam pada triwulan III 2020. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Bali pada periode tersebut tumbuh -12,28% yoy. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan triwulan II 2020, ekonomi Bali tercatat tumbuh positif sebesar 1,66%.

Total perekonomian Bali pada triwulan III-2020 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp55,37 triliun, sedangkan menurut dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat sebesar Rp36,44 triliun.

BPS menyebut, dari segi produksi, sisi ekonomi Bali pada triwulan III 2020 masih didominasi oleh kategori penyediaan akomodasi dan makan minum dengan kontribusi mencapai 17,46%. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar disumbang oleh komponen konsumsi rumah tangga, yakni mencapai 54,06%.

“Capaian ini mencerminkan ekonomi Bali yang secara perlahan kembali berdenyut di tengah tekanan pandemi Covid-19,” tulis BPS dalam laman resminya.

2. Kepri

Menempati posisi kedua, pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat mengalami kontraksi -5,81% yoy pada triwulan III 2020. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 2020, ekonomi Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan sebesar 3,23%.

Perekonomian Kepri triwulan III 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp62,90 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp43,14 triliun. BPS menyebut, dalam lingkup regional, PDRB Kepulauan Riau berkontribusi sebesar 7,32% terhadap PDRB Pulau Sumatra pada triwulan III 2020.

“Dari sisi lapangan usaha kontraksi ekonomi terutama disebabkan oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan andil kontraksi sebesar -1,83%, diikuti konstruksi dengan andil -1,59%. Dari sisi pengeluaran, komponen yang memberikan andil kontraksi terbesar adalah Net Ekspor sebesar -3,97% dan PMTB dengan andil sebesar -2,17%,” tegas BPS.

3. Banten

Banten menempati posisi tiga besar sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling rendah pada triwulan III 2020. Berdasarkan data BPS, ekonomi Banten mengalami kontraksi sebesar -5,77% yoy pada periode tersebut. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ekonomi Banten bertumbuh sebesar 4,55%.

Perekonomian Banten berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III 2020 mencapai Rp155,08 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp109,49 triliun.

“Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 35,82%. Dari sisi Pengeluaran,kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Komponen Pengeluaran Total Net Ekspor yang terkontraksi sebesar 39,05%,” kata BPS.

4. Sulawesi Barat

Kontraksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat menjadi yang terparah keempat pada triwulan III 2020. BPS mencatat, ekonomi Sulawesi Barat tumbuh negatif sebesar -5,26% yoy pada periode tersebut. Padahal, jika dibandingkan dengan triwulan II 2020, ekonomi Sulawesi Barat tercatat tumbuh sebesar 1,14%.

Perekonomian Sulawesi Barat triwulan III 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp11,49 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp8,01 triliun rupiah.

“Pada skala regional di Kawasan Sulawesi Maluku Papua, kinerja ekonomi wilayah tertinggi pada triwulan III-2020 secara y-on-y terjadi di Maluku Utara yang tumbuh 6,66%. Sementara itu, kinerja ekonomi terendah terjadi di Sulawesi Barat yang mengalami kontraksi 5,26%,” jelas BPS.

5. Kalimantan Selatan

Provinsi kelima dengan pertumbuhan ekonomi paling rendah pada triwulan III 2020 adalah Kalimantan Selatan (Kalsel). Merujuk ke data BPS, pertumbuhan ekonomi Kalsel tumbuh negatif sebesar -4,68% yoy. Sementara itu, jika dibandingkan dengan triwulan II 2020, ekonomi Kalsel bertumbuh sebesar 3,26%.

BPS mengungkapkan, ekonomi Kalsel yang tumbuh negatif itu tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang masih melemah di tengah berlanjutnya pandemi Covid-19. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Kalsel selama periode triwulan I hingga III 2020 dibanding dengan triwulan I sampai III 2019 tumbuh sebesar -1,23%.

“Sumber kontraksi terdalam ada pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian, yakni sebesar -2,18%,” terang BPS. (ks04)

editor: arham