Beranda Sains Medan Magnet Bumi Mengalami Pelemahan, Berkurang 9 Persen

Medan Magnet Bumi Mengalami Pelemahan, Berkurang 9 Persen

Ilustrasi
Ilustrasi

Keprisatu.com – Studi menunjukkan bahwa medan magnet Bumi melemah. Perubahan medan magnet disebut akan membuat medan magnet terbalik dari Kutub Utara ke Selatan begitu juga sebaliknya.

Studi terbaru bahkan medan magnet di Bumi dilaporkan berubah arah 10 kali lebih cepat dari yang diperkirakan. Lantas apa dampaknya bagi kehidupan manusia?

Medan magnet sendiri berfungsi untuk menahan atmosfer di tempat dan melindungi manusia dari radiasi kosmik berbahaya dan angin matahari

Ilmuwan dari Europan Space Agency (ESA) menyebutkan bahwa dua abad ke belakang, kekuatan medan magnet Bumi telah berkurang sembilan persen.

Fenomena melemahnya medan magnet ini memang tidak menimbulkan risiko bagi manusia atau makhluk lain di permukaan Bumi.

Fitri Nuraeni dari Pusat Sains Antariksa LAPAN. menyebut terbaliknya kutub Bumi tidak akan menghilangkan kekuatan gravitasi planet ini.

Sebab, banyak kalangan yang khawatir fenomena melemahnya medan magnet Bumi dan terbaliknya Kutub Utara dan Selatan, dapat membahayakan kesehatan maupun teknologi.

“Ketika terjadi pembalikan orientasi medan magnet Bumi, medan magnet tidak menghilang sesuai flux preservation theorem oleh Ned Benton,” jelas Fitri seperti tertulis dari situs Edukasi Sains Antariksa LAPAN yang dirilis cnnindonesia, Jumat (24/7/2020.

Istilah flux preservation theorem sendiri dicetus oleh Ned Benton. Ia adalah seorang peneliti geomagnetisme yang mempelajari perubahan makin berkurangnya kekuatan medan magnet Bumi hingga mencapai nol dalam 4.000 tahun.

Teori yang ia buat itu, jelas menyatakan bahwa fluks tidak akan meninggalkan permukaan inti dari medan magnet karena memiliki konduktivitas listrik yang sangat tinggi, seperti dilansir laman NASA.

Fitri juga mengatakan bahwa pelemahan medan magnet tak akan memengaruhi kesehatan manusia dari radiasi dan partikel energi dari Matahari. Sebab atmosfer Bumi juga mampu memberikan perlindungan bagi manusia.

“Selain itu atmosfer Bumi juga dapat bertindak sebagai perlindungan ekstra untuk menahan radiasi dan partikel berenergi dari Matahari,” kata Fitri.

Fitri mengatakan setiap hari Bumi dihujani oleh partikel-partikel berenergi dari Matahari yang dibawa oleh angin Matahari yang berhembus setiap saat.

Kehidupan di Bumi masih dapat berlangsung hingga saat ini karena Bumi dilindungi oleh medan magnet bumi, membentuk selubung yang melingkupi Bumi.

Medan magnet Bumi yang meluas hingga puluhan sampai ratusan kali jari-jari Bumi ke luar angkasa disebut sebagai Magnetosfer.

Partikel-partikel berenergi yang dibawa oleh angin matahari sebagian besar sudah diperlambat dan dibelokkan pada daerah yang disebut Bow-shock, sebagian lagi akan terperangkap di daerah sabuk radiasi Van-Allen.

Sejumlah kecil partikel yang masih dapat menembus sistem magnetosfer dan memasuki ionosfer Bumi di daerah lintang tinggi. Atmosfer ionosfer ini akan memerangkap partikel yang lolos dari magnetosfer.

“Partikel yang terperangkap di ionosfer lintang tinggi. Ketika intensitas partikel Matahari yang memasuki Bumi lebih tinggi atau mencapai tingkat ekstrem maka akan terjadi badai magnet dan di lintang tinggi dapat kita lihat manifestasinya sebagai aurora,” kata Fitri.

Akan tetapi, pelemahan ini berpengaruh pada pesawat ruang angkasa dan satelit yang melayang di orbit rendah yang tengah ada di wilayah tersebut.

Pesawat-pesawat ini kemungkinan mengalami malfungsi ketika melewati kawasan dengan medan magnet yang melemah. Medan magnet juga melindungi Bumi dari radiasi kosmik dan partikel bermuatan yang dipancarkan matahari.
Pelemahan medan magnet ini berdampak pada satelit. Partikel dari langit Matahari ini bisa menyebabkan masalah dengan sistem elektronik di satelit, hingga pesawat antariksa.

“Meskipun begitu, tentu saja sistem teknologi kita saat ini yang sudah banyak berbasis satelit perlu menyiapkan mitigasi untuk menjaga keberlangsungan sistemnya,” ujar Fitri.

Dilansir dari Business Insider, satelit atau pesawat antariksa yang berada di ketinggian 1,9 ribu kilometer dari Bumi bisa dibombardir oleh partikel-partikel dari Matahari.

Partikel-partikel itu dapat menyebabkan masalah dengan sistem elektronik di atas kapal, mengganggu pengumpulan data, dan bisa merusak komponen komputer yang mahal di pesawat ruang angkasa.

ESA mencatat bahwa satelit sangat mungkin mengalami kerusakan teknis, seperti gangguan komputer singkat yang dapat mengganggu komunikasi.

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) juga dapat dipengaruhi oleh pelemahan medan magnet pelemahan yang terjadi di area yang terbentang antara Amerika Selatan dan Afrika. Hal ini dikenal dengan julukan South Atlantic Anomaly.

Menurut sebuah studi tahun 2018, ketika pesawat ruang angkasa melewati daerah anomali, pesawat dan manusia di dalam pesawat akan terpapar beberapa menit sekali akan terkena radiasi kuat.(ks01)