Keprisatu.com – Salah satu ujian dari Allah SWT sejak penciptaan bumi adalah pandemi covid. Tentu ini bukanlah yang pertama, tapi kesekian kalinya. Sebelum covid, penduduk bumi terdahulu telah mengalami ujian-ujian berat. Pun, apa yang Nabi Ibrahim hadapi bisa menjadi keteladanan menghadapi pandemi.
”Ini sebuah cobaan besar dari Allah SWT kepada kita dan ini mungkin adalah ujian kesekian kalinya,” kata Komjen Syafruddin, Ketua Yayasan Indonesia Damai Mengaji. Syamsudin berbicara saat membuka diskusi keagamaan bertema ”Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS di Era Pandemi”, Jumat (31/7/2021).
Dia menyebut, misalnya, banjir bandang saat masa Nabi Nuh. Atau ujian kesabaran yang Allah SWT berikan pada Nabi Ibrahim, saat Allah memintanya menyembelih putranya, Nabi Ismail.
Mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia ini mengatakan kesabaran Nabi Nuh dan Ibrahim bisa memberikan wawasan pada generasi muda tentang sejarah peradaban manusia. Terlebih, Nabi Ibrahim adalah bapak dari tiga agama terbesar di dunia, Islam, Yahudi, dan Kristen.
”Agar mereka memahami benang merah antara pengetahuan Islam, yang sudah banyak kajian oleh pemuda Muslim, dengan sejarah peradaban manusia. Karena, para pemuda inilah yang akan melanjutkan sejarah peradaban Islam sekaligus sejarah peradaban manusia,” imbuhnya.
Gelar Halim
Ahli Fisiologi Universitas Airlangga, Prof Menachem Ali, menjelaskan Nabi Ibrahim memiliki sebutan berbeda di setiap kitab suci. Dalam Alquran bernama Ibrahim, maka dalam Tanakh (Taurat) sebagai Abraham, begitu juga dalam Alkitab.
Sebagai bapak dari tiga agama terbesar dunia, kisah Nabi Ibrahim khususnya tentang kesabarannya mendapat ujian dari Allah SWT menjadi pedoman. Bukan hanya bagi umat Muslim. ”Melainkan juga bagi umat Nasrani dan Yahudi,” kata dia sebagaimana laman Republika.co.id melansirnya.
Pemilihan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai pedoman dalam meningkatkan kesabaran di masa pandemi, juga karena keduanya mendapat gelar halim dari Allah SWT.
Prof Ali menjelaskan, gelar halim, yang berarti pengasih, pemurah, baik, tenang, dan lembut. Pemberiannya hanya kepada dua manusia saja. Tak lain itu adalah Nabi Ismail dan ayahnya, Nabi Ibrahim.
”Kata halim memiliki derajat yang lebih tinggi dari saleh, jika ada orang saleh maka dia belum tentu halim. Tapi kalau halim sudah pasti saleh. Orang yang berjuluk halim di muka bumi hanya dua orang, yaitu Ismail dan ayahnya, Ibrahim,” ujarnya menegaskan.
Pelajaran Hidup
Prof Ali mengkaji kisah pengorbanan Nabi Ibrahim, di mana inisiator peninggian pondasi Kabah ini mendapat perintah menyembelih anak pertama yang telah lama dia nantikan. Pertanyaan yang muncul adalah,”Mengapa Allah SWT tidak langsung memerintahkan Ibrahim AS untuk mengorbankan hewan ternak, mengingat ini adalah awal mula dari terjadinya Idul Adha?” Terlebih kala itu Ibrahim AS adalah seorang peternak besar yang memiliki ratusan hewan ternak.
”Jawabannya sederhana, karena jika Allah SWT langsung memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih hewan ternaknya, rasa pengorbanan dan keikhlasan Ibrahim tidak akan sebesar saat dia harus merelakan putra satu-satunya,” ujarnya.
“Melalui cobaan ini, Allah menekankan hakikat kepemilikan kepada Ibrahim, karena pada dasarnya seluruh yang ada di bumi dan alam semesta adalah kepemilikan-Nya. Termasuk anak, istri, orang tua, bahkan tubuh kita sendiri,” sambungnya.
”Ini merupakan refleksi bahwa apa yang ada di dalam Alquran merupakan peristiwa yang bisa menjadi pelajaran hidup termasuk apa yang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alami. Ini keteladanan menghadapi pandemi. Salah satunya dengan menjaga nyawa kita dan orang orang sekitar kita, sebagaimana Allah telah menjaga nyawa Nabi Ismail dari pengorbanan,” kata dia. (KS04)
BACA JUGA ARTIKEL LAIN:
Wasiat Sedekah Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib