Beranda Batam Harga Cabai di Batam Tembus Rp 110 Ribu! Dipengaruhi Biaya Transportasi

Harga Cabai di Batam Tembus Rp 110 Ribu! Dipengaruhi Biaya Transportasi

ilustrasi cabai

Batam, Keprisatu.com – Komoditas cabai di Batam saat ini tengah membuat panik. Pasalnya, harga di pasaran melonjak hingga di atas Rp110.000. Padahal tak sedikit  pasokan yang berasal dari luar daerah seperti Sumatera Barat, Jawa, dan Aceh masuk ke Batam.

Campuran antara cabai lokal dan impor antarpulau itu kini tak mampu menahan laju kenaikan harga. Di beberapa pasar tradisional, harga cabai bahkan menembus Rp110 ribu per kilogram, membuat para pembeli — terutama ibu rumah tangga — panik dan mengeluh beratnya biaya dapur.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Batam menjelaskan, lonjakan harga ini disebabkan oleh tingginya harga dari daerah penghasil di luar Kepri serta terbatasnya pasokan yang masuk ke Batam. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan biaya transportasi laut maupun udara turut memperparah situasi.

Kepala DKPP Kota Batam, Mardanis, menyebutkan bahwa fenomena kenaikan harga cabai tidak hanya terjadi di Batam, tetapi juga di berbagai daerah penghasil utama. “Di Jakarta dan Padang saja, yang merupakan daerah penghasil, harga cabai sudah Rp75 ribu per kilogram,” jelasnya saat ditemui, Rabu (22/10).

Menurutnya, wajar jika harga di Batam bisa menembus angka di atas Rp100 ribu per kilogram karena proses distribusi dari luar daerah membutuhkan biaya logistik tambahan. Ia berharap pasokan dari wilayah penghasil segera membaik agar harga cabai dapat kembali stabil menjelang akhir Oktober ini.

Menurutnya, biaya transportasi dan logistik menjadi salah satu faktor utama yang mendorong harga cabai di Batam melonjak tinggi. Selain itu, hasil panen di sejumlah daerah penghasil juga menurun karena tanaman cabai banyak terserang penyakit.

“Banyak petani yang mencabut tanaman karena rusak atau gagal panen, sehingga pasokan dari daerah penghasil pun terbatas,” jelasnya.

Untuk menekan harga dan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah, Pemko Batam menyiapkan dua strategi utama. Pertama, mendorong peningkatan produksi cabai lokal.

“Kami sudah menanam cabai di beberapa lokasi. Saat ini belum panen, tapi sebagian lahan diperkirakan mulai panen November mendatang,” ujar Mardanis.

Kedua, Pemko Batam menjalin kerja sama antar daerah, khususnya dengan wilayah di Sumatera, agar pasokan cabai bisa lebih stabil.

“Kami ingin ada sinergi dengan daerah penghasil, supaya harga tidak melonjak terlalu tinggi di pasaran,” tambahnya.

Mardanis menuturkan, saat ini Batam baru memiliki sekitar 15 hektare lahan cabai yang dikelola petani binaan DKPP. Dari luas tersebut, diperkirakan hasil panen bisa mencapai setengah ton per hari.

“Idealnya Batam memiliki sekitar 50 hektare lahan cabai untuk memenuhi kebutuhan harian sekitar 15 ton. Jadi memang masih jauh dari cukup,” ujarnya.

Sebagai bagian dari program ketahanan pangan, DKPP juga melibatkan ribuan ibu rumah tangga dalam gerakan menanam cabai di pekarangan. “Kami sudah melatih sekitar 3.000 ibu-ibu untuk menanam cabai sendiri di rumah. Harapannya, ini bisa membantu mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah,” kata Mardanis. (KS03) 

Editpr : Tedjo