Beranda Batam Dari Tradisi ke Adu Adrenalin: Sea Eagle Boat Race Siap Merebut Sorotan...

Dari Tradisi ke Adu Adrenalin: Sea Eagle Boat Race Siap Merebut Sorotan Sport Tourism Kepri

Ketua Umum KONI Kepri, Usep RS, diwakili Wakil Ketua Bidang Litbang, Ir. Chris Triwinasis (kedua dari kiri) , pada rapat tersebut.
Keprisatu.com – Setelah vakum beberapa tahun, geliat olahraga bahari akhirnya kembali terasa di perairan Batam. Sea Eagle Boat Race, yang dikenal dengan keseruannya memadukan tradisi, ketangkasan, dan adrenalin, akan kembali digelar pada 28–30 November 2025. Kali ini, Pantai Elang–Elang Laut, Kecamatan Belakang Padang, dipilih sebagai arena pertandingan, menawarkan panorama laut biru yang menjadi karakter khas pulau itu.

Persiapan menuju ajang ini mulai dikebut. Rapat koordinasi antara panitia dan stakeholder terkait berlangsung di ruang rapat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam. Semua aspek dipastikan harus berjalan baik, terutama karena kegiatan berlangsung di ruang publik yang berhadapan langsung dengan laut terbuka.

Kepala Disparbud Batam, Ardi Wiranata, memimpin langsung jalannya pertemuan tersebut. “Kami menegaskan bahwa faktor keselamatan menjadi prioritas utama dalam ajang ini. Mulai dari asuransi peserta, tim medis di lokasi, hingga pengaturan jalur penonton akan dipersiapkan secara matang,” kata Ardiwinata.

Kehadiran KONI Kepri turut memberikan dukungan. Ketua Umum KONI Kepri, Usep RS, diwakili Wakil Ketua Bidang Litbang, Ir. Chris Triwinasis, pada rapat tersebut. Keterlibatan KONI menjadi bagian penting untuk memastikan pembinaan olahraga bahari terus berlanjut dan tidak hanya menjadi acara seremonial semata.

Diangkat dari Tradisi Masyarakat Pesisir

Dragon boat yang diperlombakan dalam event ini bukan sekadar olahraga, melainkan gambaran aktivitas masyarakat kepulauan di masa lampau. Mereka terbiasa mendayung dalam keseharian, berpindah pulau, membawa hasil laut, hingga berpacu dengan ombak untuk mengejar waktu.

Berbeda dengan lomba dayung modern, dragon boat di Batam ini mempertahankan tradisi uniknya. Dalam satu pancung (perahu), terdapat 13 pemain: satu tekong atau pengarah, serta 12 pedayung yang duduk berseberangan, kanan dan kiri. Kedekatan irama dan kekompakan menjadi kunci utama kesuksesan.

Keunikan lainnya terletak pada gaya mendayung. Peserta diperbolehkan berdiri sambil mendayung, sebuah teknik yang menuntut keseimbangan tinggi. Jarak tempuh hanya 250 meter, tetapi dilakukan bolak-balik, sehingga menuntut pengendalian arah sangat presisi.

Keseruan Memutar dan Melawan Ombak

Momen paling menarik justru ada ketika perahu harus berputar haluan. Ombak dan tiupan angin sering membuat perahu bergeser dan terseret arus. Jika tekong dan pedayung tidak seirama, pancung bisa sulit dikendalikan dan justru lain arah, membuat penonton spontan bersorak.

Terdapat empat jalur pacu yang disiapkan di tengah laut. Panitia memastikan keamanan jalur, termasuk batas aman bagi penonton maupun peserta. Jarak pandang yang cukup terbuka akan memberikan pengalaman visual yang menarik, baik bagi penduduk lokal maupun wisatawan.

Ada Peserta dari Luar Negeri, Hadiah Capai Rp 82 Juta

Untuk menambah semangat kompetisi, panitia menyiapkan hadiah pembinaan total Rp 82 juta. Rinciannya: Juara 1 Rp 25 juta, Juara 2 Rp 22 juta, Juara 3 Rp 20 juta, dan Juara 4 Rp 15 juta. Nominal tersebut diharapkan menjadi motivasi tambahan bagi tim yang bertanding.

Kemeriahan semakin terasa setelah panitia memastikan adanya peserta dari luar negeri. Hingga kini, telah terdaftar 25 tim, termasuk satu tim dari Malaysia. Setiap tim membawa 16 orang, termasuk cadangan, dan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bertanding.

Ketua KONI Kepri, Usep RS, melihat event ini memiliki potensi lebih dari sekadar perlombaan. “Sea Eagle Boat Race bukan hanya ajang olahraga tradisional, tetapi bisa menjadi daya tarik sport tourism bagi wisatawan domestik maupun mancanegara,” ujarnya.

Menurutnya, jika dikemas dan dipromosikan secara konsisten, Belakang Padang bisa menjadi destinasi unggulan olahraga bahari dan menumbuhkan ekonomi masyarakat sekitar. (tjo) 

Editor : Teguh Joko Lismanto