Jakarta, Keprisatu.com – Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri (Puspen Kemendagri) Republik Indonesia menggelar rapat koordinasi (rakor) secara daring melalui Zoom Meeting bersama seluruh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) se-Indonesia, Rabu (28/5) pagi. Agenda utama rakor ini adalah membahas Setting Desa/Keluarga Siaga Tuberkulosis (TBC), sebagai bagian dari upaya nasional memunahkan TBC dari tanah air.
Pertemuan virtual ini dimoderatori oleh Witra Evelin dari Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, dengan menghadirkan dua narasumber utama: Tenaga Ahli Madya Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Albenna Revo, dan Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Chaca Annissa.
Dalam pemaparannya, Albenna Revo menekankan pentingnya penerapan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) sebagai langkah strategis percepatan penanganan TBC. Program ini meliputi pemeriksaan kesehatan gratis, penuntasan kasus TBC, serta pembangunan rumah sakit lengkap dan berkualitas di tingkat kabupaten/kota.
Ia juga mengingatkan bahwa TBC bukanlah penyakit baru bagi Indonesia. Bahkan, bukti tertua tentang TBC tercatat dalam relief Candi Borobudur yang berasal dari abad ke-8 Masehi. Sayangnya, hingga kini TBC tetap menjadi ancaman serius. Berdasarkan data WHO tahun 2023, Indonesia menempati posisi kedua dunia dengan 1,9 juta kasus TBC baru per tahun, menyebabkan lebih dari 120 ribu kematian, dan kerugian ekonomi mencapai USD 6,92 miliar akibat hilangnya produktivitas dan banyaknya kasus yang tidak terdeteksi.
Albenna menjelaskan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto telah menginstruksikan Kementerian Kesehatan, Kantor Komunikasi Kepresidenan dan Kemendagri untuk mendorong partisipasi masyarakat melalui program-program pemberantasan TBC.
Pemerintah mengusung langkah aktif seperti skrining dan penemuan kasus TBC secara masif (Active Case Finding) dengan teknologi X-Ray, disertai pemeriksaan kesehatan gratis, diagnostik TBC menggunakan TCM, PCR, serta penguatan integrasi data dan informasi. Tak hanya itu, insentif juga diberikan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atas keberhasilan penemuan kasus, termasuk sistem transportasi spesimen yang diperkuat.
Untuk pengobatan, pemerintah menyediakan rejimen obat terbaru untuk TBC Sensitif Obat (SO) dan Resisten Obat (RO), pemberian SKP kepada tenaga kesehatan, pemantauan ketat oleh puskesmas, hingga pengembangan sistem digital seperti PeduliSehat alert dan E-learning TB di platform Plataran Sehat.
Upaya pencegahan juga dilakukan melalui penyediaan obat untuk TBC laten, pelatihan pencegahan infeksi, riset vaksin, serta pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi kontak erat yang hasil tesnya negatif.
“Punahkan TBC, Temukan dan Obati Sebelum Menyesal,” tegas Albenna.
Sementara itu, Chaca Annissa menjelaskan bahwa melalui program Desa dan Kelurahan Siaga TB, pemerintah ingin membawa gerakan penanggulangan TBC lebih dekat ke masyarakat. Program ini merupakan bagian dari PHTC tahap kedua sekaligus wujud nyata komitmen Presiden untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia dari ancaman TBC.
“Punahkan TBC bukan sekadar slogan. Ini adalah ajakan nyata untuk melindungi keluarga dan masa depan bangsa,” ungkap Chaca.
Selanjutnya, Chaca menekankan bahwa Desa dan Kelurahan Siaga TB akan diperkuat dengan kader-kader siaga sebagai garda terdepan untuk menjalankan prinsip TOSS (Temukan, Obati, Sampai Sembuh).
“Melalui gotong royong antara pemerintah dan masyarakat, target Indonesia Bebas TBC 2030 bukanlah sekadar angan, tetapi tujuan yang bisa dicapai bersama,” jelasnya.
Chaca juga menekankan bahwa upaya memunahkan TBC adalah bagian dari fondasi menuju Indonesia Emas 2045. Negara maju harus bebas dari penyakit menular seperti TBC agar rakyatnya bisa hidup sehat, produktif, dan berdaya saing tinggi.
“Langkah memunahkan TBC harus dimulai dari lingkungan terdekat, dari desa dan kelurahan, karena di situlah kehidupan nyata berlangsung,” tutup Chaca.
Menurut Chaca dengan strategi nasional yang terkoordinasi dan partisipasi aktif masyarakat, Indonesia optimis mampu mewujudkan target bebas TBC pada tahun 2030 dan menjadi negara maju yang sehat di tahun 2045. (KS03)