Beranda Bisnis Tertekan Pandemi Covid-19, Kondisi Likuiditas dan Permodalan BPR Masih Aman

Tertekan Pandemi Covid-19, Kondisi Likuiditas dan Permodalan BPR Masih Aman

Ilustrasi

Keprisatu.com – Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) menyebut, kondisi likuiditas dan permodalan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih cukup aman hingga saat ini, meskipun menghadapi tekanan akibat pandemi covid-19. Hanya saja, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) mengalami kenaikan.

Joko Suyanto

Ketua Umum Perbarindo, Joko Suyanto mengatakan, meskipun pandemi covid-19 telah berdampak pada nasabah BPR, tetapi likuiditas masih cederung bisa dikendalikan dengan baik.Hal itu tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) per April yang tercatat 79,65 persen, cenderung stabil dibanding akhir tahun lalu yakni 79,09 persen.

“Memang pada periode Maret-Mei terjadi sedikit kontraksi pada DPK. Tetapi itu bukan karena dampak covid-19 saja, tetapi karena ada kebutuhan meningkat menjelang hari raya dan tahun ajaran baru. Namun, sejak Juni sudah mulai ada kenaikan lagi walaupun belum maksimal,” ujar Joko seperti dilansir Kontan, Senin (13/7/2020).

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penghimpunan DPK BPR per April 2020 tercatat sebesar Rp100,59 triliun atau turun 1,8 persen dibandingkan akhir 2019 yakni Rp102,5 triliun. Sedangkan penyaluran kredit mencapai Rp111,4 triliun atau tumbuh 2,4 persen secara year to date (ytd) dan meningkat 8,1 persen secara year on year (YoY).

Permodalan BPR juga masih relatif stabil sejalan dengan penyaluran kredit masih tumbuh. Sedangkan NPL tercatat mengalami kenaikan jadi 8,32 persen dari 6,8 persen pada Desember 2019.

Joko menilai kenaikan NPL tersebut masih dalam batas yang wajar di tengah tekanan yang dihadapi pelaku usaha UMKM akibat covid-19.

Kenaikan NPL BPR bisa tertahan karena relaksasi restrukturisasi kredit yang dilakukan regulator. Perbarindo mencatatat, total BPR telah melakukan restrukturisasi kredit terhadap 270.900 debitur hingga akhir Juni dengan nilai mencapai Rp15,1 triliun. Realisasi itu sekitar 50,8 persen dari kredit UMKM yang berpotensi direstrukturisasi.

Perbarindo optimistis sampai akhir tahun kondisi likuiditas akan tetap terjaga baik. Penghimpunan DPK ditargetkan masih akan tumbuh sekitar 5 sampai 6 persen dan kredit diharapkan juga masih akan tumbuh positif.

Menurut Joko, sektor yang prospektif dalam penyaluran kredit BPR saat ini diantaranya perdagangan kebutuhan pokok dan kebutuan sehari-hari, alat-alat kesehatan, dan aksesoris yang mendukung kesehatan.

BPR Hasamitra salah satunya yang mencatat kondisi likuiditas cukup aman. Itu tercermin dari cash ratio bank ini yang mencapai 12,54 persen atau jauh di atas rata-rata industri perbankan hingga Mei. LDR bank ini berada di level 92,33 persen.

Penghimpunan tabungan di BPR ini memang turun 4,3 persen karena masyarakat berpenghasilan rendah menanarik tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di Sulawesi Selatan. Deposito hanya tumbuh 0,16 persen. Namun, kredit juga tidak tumbuh tinggi hanya 2,5 persen YoY menjadi Rp2,41 triliun.

Permodalan BPR ini juga masih aman dimana CAR berada di level 21,96 persen per Mei, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 17,63 persen. Sementara NPL ada di level 0,29 persen

“Kami memang fokus menjaga likuiditas dan modal, soal pertumbuhan itu nomor selanjutnya, profitabilitas itu nomor terakhir,” Direktur Utama BPR Hasamitra, I Nyoman Supartha.

Hingga Juli ini, BPR Hasamitra telah melakukan restrukturisasi kredit terhadap 6 debitur dengan nilai Rp2,4 miliar. Sementara yang berpotesni direstrukturisasi mencapai 59 debitur dengan nilai Rp12,3 miliar.

Pandemi covid-19 dinilai tidak terlalu berdampak signifikan menekan kinerja BPR Hasamitra karena 97 persen portofolio kreditnya merupakan kredit konsumtif kepada PNS, TNI, Polri, dan BUMN yang berpenghasilan tetap.

Dengan adanya tantangan covid-19 yang membuat permintaan kredit lesu, BPR Hasanamitra tidak ingin muluk-muluk menargetkan kredit tahun ini. Walaupun dalam RBB kredit dipatok tumbuh 11,56 persen, namun tumbuh 1 persen saja tahun ini dinilai sudah cukup bagus.

Pembiayaan akan difokuskan bank ini sektor usaha yang masih tumbuh di masa covid-19 seperti usaha masker, industi jamu atau herbal, pertanian, dan kebutuhan bahan pokok.(ks01)