Beranda Batam Tefa Roti dari SMKN 2 Batam: Mutiara Terpendam yang Menanti Untuk Bersinar

Tefa Roti dari SMKN 2 Batam: Mutiara Terpendam yang Menanti Untuk Bersinar

Batam, Keprisatu.com – Di sebuah sudut Kota Batam, tersembunyi sebuah “mutiara” yang belum sepenuhnya terlihat. Begitulah kesan pertama Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Batam, M. A. Khafi Anshary, ketika mengunjungi SMKN 2 Batam. Bukan tanpa alasan—di sekolah ini, kreativitas para siswa tumbuh pesat, namun belum sepenuhnya dikenal masyarakat. Salah satu karya yang paling membanggakan adalah Tefa Roti, produk buatan tangan siswa jurusan kuliner.

Khafi melihat langsung bagaimana roti-roti itu dibuat. Dengan peralatan modern hasil dukungan pemerintah pusat, para siswa mengolah adonan hingga matang menggunakan oven besar yang tampak tak kalah dari pabrik roti komersial. Hasilnya pun tidak mengecewakan; roti-roti itu lembut, wangi, dan memiliki kualitas rasa yang mampu bersaing dengan produk pasaran.

Namun, di balik kualitas yang menjanjikan, pemasaran menjadi kendala terbesar. Meski sekolah telah menggerakkan siswa untuk berpromosi hingga memanfaatkan media sosial, jangkauannya belum seluas yang diharapkan. Khafi pun menyayangkan kurangnya peran pemerintah dalam membantu karya-karya sekolah dikenal lebih luas.

“Setiap kegiatan pemerintah pasti membutuhkan konsumsi. Roti ini bisa menjadi salah satu pilihan,” ujarnya, Rabu (13/11/2025). Ia menilai, dukungan pemerintah tak hanya akan memperluas pemasaran, tetapi juga mendongkrak kepercayaan diri siswa saat terjun ke dunia kerja.

Batam, sebagai kota industri, memiliki banyak perusahaan yang bisa menjadi sasaran promosi. Namun akses ini sulit dijangkau pihak sekolah tanpa campur tangan pemerintah. Khafi juga mengingatkan bahwa banyak prestasi sekolah lain di Batam yang tidak terekspos. Melalui PWI, ia berkomitmen menghadirkan ruang publikasi positif bagi dunia pendidikan Kota Batam.

Selain roti, SMKN 2 Batam memiliki unit bisnis lain yang tak kalah menarik: Bertuah Edotel, hotel edukasi dengan sembilan kamar berfasilitas lengkap—TV, wifi, dan air panas—yang dibanderol Rp 200 ribu per malam.

Impian Siswa: “Ingin Tefa Roti Dikenal Seluruh Batam”

Harapan besar datang dari para siswa sendiri. Elvin Devita Putri Daci, siswi kelas XII jurusan Kuliner, dengan cekatan meracik adonan hingga membungkus roti yang siap dijual. Ia mengaku mendapatkan banyak pengalaman selama mengikuti proses produksi, mulai dari teknik baking hingga cara berwirausaha.

Dari pre-order yang diterimanya, Elvin bahkan sudah mampu meraup keuntungan. “Kalau dari pabrik harganya Rp 4.500, saya dapat jual Rp 6.000. Jadi saya untung Rp 1.500,” ujarnya bangga.

Setiap hari, Tefa Roti memproduksi 300–600 picis sesuai permintaan, dikerjakan per tim berisi 6–8 siswa. Pesanan biasanya datang dari sekolah-sekolah sekitar. Promosi dilakukan melalui brosur, Instagram, dan WhatsApp.

“Kami berharap Tefa Roti bisa lebih maju dan dikenal seluruh Batam,” katanya.

Sudah Punya Hak Paten Sejak 2023

Di balik kerapian produksi, ada sembilan guru kuliner yang mengawal proses pembelajaran. Salah satunya adalah Eka Wuladari, pengelola Tefa Roti. Ia menuturkan bahwa produk ini telah memiliki hak paten sejak 2023.

Eka mengungkapkan, mereka pernah kebanjiran order hingga 1.500 picis per hari. Target sekolah sebenarnya ingin mencapai 2.000 picis, namun pemasaran kembali menjadi tantangan utama. Meski begitu, dari sisi kualitas dan kesiapan produksi, mereka tak kalah siap dari pelaku usaha di luar.

Yang menarik, siswa tak hanya belajar mengolah roti, tetapi juga komunikasi dan pemasaran melalui guru-guru kewirausahaan. Mereka dilatih berinteraksi secara langsung maupun melalui media sosial agar siap menghadapi dunia usaha yang sesungguhnya.

“Saya berharap, anak-anak bisa menjadi pengusaha sukses setelah lulus,” harap Eka.

Sekolah Siapkan Siswa untuk Dunia Kerja

Kepala SMKN 2 Batam, Drs. Refio, M.Pd., menegaskan bahwa sekolah terus memperluas pemasaran Tefa Roti, mulai dari perusahaan Epson, sekolah-sekolah sekitar, hingga kantin Politeknik. Responnya pun positif.

Melalui mata pelajaran kewirausahaan, siswa diwajibkan memasarkan produk mereka kepada tetangga, keluarga, hingga warung sekitar rumah sebagai bagian dari penilaian. Mereka juga belajar menerima kritik dari pelanggan sebagai sarana perbaikan kualitas.

Dukungan pemerintah sejauh ini cukup baik, terutama dalam bantuan peralatan senilai Rp 200 juta. Namun hambatan geografis terkadang membuat pemesanan sulit dipenuhi.

Bertuah Edotel: Hotel Latihan untuk Siswa Perhotelan

Tak hanya kuliner, SMKN 2 Batam juga membina jurusan perhotelan melalui Bertuah Edotel. Meski letaknya tidak di pusat keramaian, hotel ini menjadi tempat singgah favorit tamu-tamu dari dunia pendidikan.

Para siswa bertanggung jawab menjalankan hotel secara langsung, mulai dari front office hingga housekeeping, dengan sistem shift termasuk malam hari, di bawah pendampingan guru dan persetujuan orang tua. Meski tidak menerima gaji, pengalaman ini menjadi bekal berharga saat mereka memasuki dunia kerja.

Edotel sempat vakum, namun kini kembali aktif setelah penataan fasilitas dan akses diperbaiki. Hasilnya nyata—banyak siswa yang bahkan sudah direkrut hotel sebelum lulus.

“Tanpa dukungan industri, percuma SMK mencetak tenaga kerja,” tegas Refio. (KS03)