Beranda Agama Selepas Mengaji, Selipkan Doa bagi Kesembuhan Pasien Covid-19

Selepas Mengaji, Selipkan Doa bagi Kesembuhan Pasien Covid-19

UNTUK SANTRI: Penceramah memberikan ulasan saat ngaji streaming di Ponpes Al Jihad, Jalan Jemursari Utara III. (Nurul Qomariyah/Jawa Pos)
UNTUK SANTRI: Penceramah memberikan ulasan saat ngaji streaming di Ponpes Al Jihad, Jalan Jemursari Utara III. (Nurul Qomariyah/Jawa Pos)

Keprisatu.com – Meski sedang berada di tengah kondisi pandemi, kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Jihad masih tetap hidup. Ngaji kitab rutin saban Ramadan tetap berlangsung setiap hari. Hanya, kali ini ada syuting streaming dalam setiap kali pengajian. Itu dilakukan demi memfasilitasi para santri yang lebih dulu kembali ke kampung halaman akibat pandemi. Supaya mereka masih tetap bisa nyantri.

Misalnya, yang terlihat pada Selasa sore (12/5). Kegiatan ngaji kitab berlangsung dengan pembahasan yang diambilkan dari Kitab Risalah Aswaja yang ditulis KH Hasyim Asy’ari. Ustad Ali Hasan sebagai pemateri menceritakan umat Rasulullah yang terpecah menjadi 73 golongan.

”Saya sudah lima kali ini mengisi streaming. Seminggu dijadwal dua kali. Memang rasanya beda dengan biasanya. Tahun ini melalui streaming hanya diikuti beberapa santri. Padahal, biasanya santri yang menyimak itu penuh sampai di luar masjid. Sekarang hanya beberapa,” ungkapnya.

Selain itu, dia menyebutkan bahwa penyampaian materi mesti lebih hati-hati karena tidak lagi hanya disimak oleh internal ponpes. Tetapi, juga bisa diakses semua orang dari mana pun melalui channel YouTube dan live Facebook.

Ali menjelaskan, pengajian kitab tidak hanya membahas seputar fikih. Tetapi, juga tafsir tematik setiap Sabtu. Juga perihal tasawuf yang dibahas setiap Minggu. Saat kondisi normal atau di tahun-tahun sebelumnya, ngaji kitab saat Ramadan dilaksanakan tiga kali dalam sehari. Namun, dalam situasi saat ini, hanya satu kali pada pukul 4 sore. Kecuali Jumat yang dilakukan selepas salat Subuh.

Selain itu, jadwal ngaji Ramadan biasanya disesuaikan dengan kalender akademik kampus. Sebab, sebagian besar santri berstatus mahasiswa. ”Biasanya sampai tanggal 17 atau 20 Ramadan. Karena biasanya di atas tanggal itu, santri libur kuliah dan pulang kampung,” imbuh lelaki yang juga Sekretaris Yayasan Al Jihad itu.

Selepas pengajian, setiap pemateri meminta jamaah untuk membaca zikir. Di dalamnya, diselipkan doa khusus untuk Indonesia agar segera pulih dari wabah. Juga doa kesembuhan untuk para pasien Covid-19 yang tengah dirawat. ”Paling tidak keberadaan kita yang kecil ini bisa membawa manfaat untuk kebermanfaatan umat,” ujar Ali yang juga masuk jajaran dewan asatidz ponpes itu.

Keberhasilan streaming ngaji Ramadan di ponpes di kawasan Jemursari Utara itu tidak terlepas dari peran para anggota divisi jurnalistik. Salah satunya adalah Adlan Arridho yang sering bertugas sebagai operator streaming. Dia menuturkan, selama ini metode streaming hanya dimanfaatkan saat acara Dzikir Rahmatan Lilalamin yang rutin dilaksanakan di pondok sebulan sekali. Pada acara itu, yang hadir bisa ribuan orang.

”Sejauh ini belum pernah ada kendala teknis dan jaringan yang parah. Untuk viewers terbanyak pernah 60-an orang. Terutama kalau yang mengisi itu KH Muh. Imam Chambali, pengasuh Yayasan Al Jihad, viewers selalu lebih banyak,” terangnya.

Sementara itu, Nafidatul Hasanah sebagai ketua ponpes putri mengatakan, saat ini memang masih ada 40 santri di pondok. Terutama pengurus dan santri yatim. Beberapa santri tidak bisa pulang karena terkendala akses yang sudah ditutup.

Sumber: jawapos