Keprisatu.com – Kasus pembajakan dan perampokan di perairan Selat Singapura meningkat dan mencapai angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Ada sebanyak 34 kasus atau lebih dari sepertiga kasus pembajakan dan perampokan di perairan Asia pada tahun 2020.
Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP) Information Sharing Centre (ISC) mengungkapkan laporan tersebut. Demikian The Straits Times mengutip laporan ReCAAP ISC, Sabtu (16/1/2021), terkait insiden di Selat Singapura tahun lalu
Sedangkan secara keseluruhan kasus pembajakan dan perampokan bersenjata di perairan Asia pada 2020 meningkat 17 persen jika membandingkannya dengan tahun 2019. Jika pada 2019 jumlah kasus yang tercatat 83, maka pada tahun 2020 lalu jumlahnya naik menjadi 97 insiden.
”Dari 34 kasus, 30 kasus terjadi di jalur timur dari Skema Pemisahan Lalu Lintas, dekat Pulau Batam dan Bintan di Indonesia,” kata Direktur Eksekutif ReCAAP ISC Masafumi Kuroki dalam keterangan persnya, Jumat (15/1/2021).
ReCAAP ISC yang berbasis di Singapura merilis angka-angka ini dalam laporan tahunannya secara virtual pada acara 12th Nautical Forum. Forum ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta dari perusahaan dan asosiasi perkapalan, instansi pemerintah, dan institusi akademis.
ReCAAP ISC mencatat bahwa tingkat keparahan insiden tetap moderat, dengan hampir tiga perempat berada pada kategori terendah, karena pelakunya tidak bersenjata dan awak kapal tidak terluka.
Namun, terjadi penculikan terhadap empat awak kapal pukat nelayan pada Januari tahun lalu di lepas pantai Sabah.
ReCAAP ISC mengatakan risiko penculikan awak kapal sangat tinggi dan para penculik memiliki informasi tentang penculikan yang terencana di Sabah dan Kota Semporna di Pulau Kalimantan wilayah Malaysia. Para pelaku menargetkan kapal-kapal yang lewat di sekitarnya.
Selain di Selat Singapura, peningkatan juga terjadi di laut Bangladesh, India, Filipina, Vietnam, dan Laut Cina Selatan.
Menurut definisi resmi, pembajakan mengacu pada serangan di perairan internasional. Sedangkan perampokan bersenjata mengacu pada serangan di perairan teritorial suatu negara.
Kuroki mengatakan bahwa pandemi mungkin telah menjadi faktor yang berkontribusi pada peningkatan kasus pada tahun lalu.
Pembajakan dan Kesulitan Ekonomi
Kesulitan ekonomi akibat pandemi covid-19 bagi masyarakat pesisir dapat menyebabkan lebih banyak orang melakukan perampokan laut.
“Mungkin juga pekerjaan yang berkepanjangan dari awak di atas kapal karena sulitnya pergantian awak, menyebabkan kelelahan pada awak dan dapat mengurangi kewaspadaan mereka.”
Kuroki menambahkan bahwa perkembangan positif tahun lalu adalah terjadi penangkapan beberapa pelaku. Mereka tertangkap di perairan Bangladesh, India, Indonesia, Filipina, dan di Selat Singapura, kata Kuroki.
“Kami mendesak negara-negara pesisir untuk menganggap serius pencurian kecil-kecilan dan perampokan laut. Membiarkan penjahat terus melakukan kejahatan tanpa hukuman hanya akan memberanikan mereka untuk meningkatkan tindakan mereka.”
Dia mengatakan bahwa tiga negara pesisir di Selat Singapura—Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Ketiga negara perlu mengatasi masalah tersebut dengan memperkuat kerja sama dan berbagi informasi.
Perusahaan dan kapal swasta juga harus melakukan penilaian risiko dari lokasi yang mereka lewati, berdasarkan pembaruan terkini tentang situasi keamanan dan keselamatan di area tersebut.
Mereka harus mengadopsi tindakan pencegahan jika perlu, seperti menyiapkan peralatan untuk melindungi kapal mereka. (ks04)
editor: arham