Beranda Kepri Mengintip Kerja-Kerja SKK Migas; Krisis Energi Enyah, Kepri pun Berkah

Mengintip Kerja-Kerja SKK Migas; Krisis Energi Enyah, Kepri pun Berkah

52
0
Tampak ”Taman Migas Tun Telani” yang sedang dalam tahap pembangunan di Pulau Dompak Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu (24/10/2021). (Foto: Arham/Keprisatu.com)

MENGUNJUNGI Kota Tanjungpinang, sangat menyenangkan. Salah satu pemandangan menarik ketika melewati jembatan menuju Pulau Dompak. Suasananya begitu indah.

Jembatan yang diberi nama Sultan Mahmud Riayat Syah ini, menghubungkan pusat Kota Tanjungpinang dan pusat pemerintahan Provinsi Kepri. Dari udara, jembatan dengan  panjang 1,5 Kilometer terlihat membelah selat sempit di antara Pulau Bintan dan Pulau Dompak.

Semilir angin, suara ombak, dan jejeran pohon kelapa serta rumah-rumah dan bangunan tepi laut menambah indah suasana. Matahari yang mulai memerah berbalut langit berwarna oranye menjadi pemandangan sore yang menakjubkan.

Sesaat menyusuri jembatan, kemudian menginjakkan kaki di Pulau Dompak, ketemu bundaran Tugu Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Masyarakat setempat dan pengunjung dari luar kota banyak yang mengabadikan diri dan berselfi ria di lokasi ini.

Di sudut sebelah kanan tugu terlihat sebuah taman yang masih dalam tahap pembangunan. Dari kejauhan, terlihat logo besar berwarna merah bertulis “Taman Migas Tun Telani’’.

Masyarakat setempat cukup banyak yang tertarik dengan taman tersebut, walau mereka baru bisa mengintipnya dari jauh. Mereka berharap pembangunan taman cepat selesai dan segera bisa dinikmati, bagi siapa saja nanti yang berkunjung dan mampir di Tanjungpinang.

”Kehadiran taman pastinya membuat kami warga Tanjungpinang senang. Dari jembatan kemudian tugu plus taman ini, nantinya membuat destinasi Pulau Dompak semakin indah dan menarik,’’ tutur Rahmat, warga setempat yang mengajak putranya bermain di Tugu Provinsi Kepri, Minggu sore (24/10/2021).

Dokumen Humas Kepri.

Dari penelusuran Keprisatu.com, diketahui peletakan batu pertama Taman Migas Tun Telani pada 8 Februari 2021. Artinya pembangunan sudah berjalan sekitar 8 bulan.

Taman dibangun oleh dua perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yaitu Medco E & P Natuna Ltd. (Medco E&P) dan Premier Oil Indonesia  Ltd. (POI).

Dari desainnya, taman yang dibangun di atas lahan seluas 9.890 meter persegi bakal dilengkapi fasilitas berupa jogging track, panggung terbuka, arena bermain anak, area permainan, area parkir, dan toilet. Rencananya pembangunan selesai dalam waktu setahun. ***

 

Dokumen SKK Migas.

MENGINTIP apa saja yang SKK Migas lakukan, ternyata Taman Migas Tun Telani hanyalah satu di antara kerja-kerja kreatif perusahaan industri hulu migas. Masih banyak tersebar program lainnya di kabupaten dan kota Bumi Segantang Lada. Program itu berupa infrastruktur jalan, listrik, pendidikan, kesehatan, perbaikan ekonomi hingga bantuan modal usaha masyarakat.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, A Rinto Pudyantoro mengakui jika hasil migas besar, maka secara otomatis akan lebih mensejahterahkan masyarakat. Kesejahteraan itu akan mengalir dari pemeritah pusat ke daerah dalam bentuk dana bagi hasil (DBH) minyak bumi dan gas bumi.

‘’Kemudian dalam bentuk tanggung jawab sosial dan corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan hulu migas ke masyarakat sekitarnya. Ini semua merupakan efek berganda kehadiran perusahaan hulu migas di Kepri,’’  tutur Rinto saat menjadi pembicara dalam kegiatan Webinar Media Hulu Migas dan Lomba Karya Junalistik Kepri 2021 bertajuk “Efek Berganda Industri Hulu Migas bagi Pembangunan Daerah Kepulauan Riau”, Selasa 12 Oktober 2021.

Rinto kemudian merincikan bentuk-bentuk efek berganda dari kehadiran perusahaan hulu migas, sebagai berikut:

  1. Tanggung jawab sosial (TJS) industri hulu migas.
  2. Corporate social responsibility (CSR)
  3. Participating Interest 10 persen.
  4. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).
  5. Bisnis penyedia barang dan jasa lokal.
  6. Tenaga kerja lokal.
  7. Penggunaan fasilitas penunjang operasional oleh masyarakat (bandara/jetty/jalan).
  8. Pasokan migas untuk bahan bakar kelistrikan di daerah.
  9. Pasokan minyak dan produk minyak.
  10. Industri turunan.
  11. Dana Bagi Hasil (DBH) Migas untuk daerah.
  12. Bagi hasil PBB Migas.

Hanya saja, menurut Rinto, SKK Migas tidak berwenang menggunakan DBH secara langsung ke masyarakat. Tetapi melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN) yang kemudian diturunkan ke pemerintah daerah melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD).

‘’Nah, ini yang kadang-kadang perlu diluruskan di tengah-tengah masyarakat. Soalnya masyarakat sering hanya menuntutnya ke perusahaan hulu migas. Sementara SKK Migas, tentu tidak dapat mengintervensi penggunaan DBH Migas, karena sangat tergantung rencana pemerintah daerah, mau membangun apa?’’ imbuh Rinto.

Ia menambahkan bahwa DBH mempunyai hubungan paralel dengan penerimaan negara. Jika penerimaan negara naik, maka DBH yang mengalir ke daerah melalui APBN juga akan naik. Perbandingannya untuk minyak bumi, 84,50 persen pusat dan 15,50 persen daerah. Sedangkan untuk gas bumi, 69,50 persen pusat dan 30,50 persen daerah.

Lalu bagaimana kelangsungan kerja-kerja perusahaan industri hulu migas selama masa pandemi Covid-19?  Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Rikky Rahmat Firdaus mengungkapkan bahwa perusahaan hulu migas di wilayahnya tetap melakukan operasional di masa pendemi Covid-19. Sejauh ini perusahaan-perusahaan tersebut tetap berkomitmen bekerja secara optimal melakukan pencarian baru melalui akuisisi seismik dan beberapa pemboran eksplorasi.

Untuk wilayah Sumbagut terdapat sedikitnya 73 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Sedangkan untuk wilayah Provinsi Kepulauan Kepri sebanyak 10 KKKS.

Rikky merincikan 10 perusahaan KKKS dan wilayah kerjanya di Provinsi Kepulauan Riau, sebagai berikut:

  1. Medco E&P Natuna, eksploitasi di South Natuna Sea ‘’B’’.
  2. Premier Oil Natuna Sea B.V., eksploitasi di Natuna Sea “A”.
  3. Star Energy (Kakap) Ltd., eksploitasi di Kakap.
  4. Mandiri Panca Usaha, eksploitasi di Sembilang.
  5. TAC Pertamina – PT. PAN (Pertalahan Arnebatara Natuna), eksploitasi di Udang
  6. AWE Northwest Natuna B.V, eksploitasi di Northwest Natuna.
  7. Conrad Petroleum West Natuna Exploration Ltd. D, eksploitasi di Duyung.
  8. Medco Energi Natuna Timur, eksplorasi di North Sokang.
  9. Premier Oil Tuna B.V, eksplorasi di Tuna.
  10. Kufpec Indonesia (Anambas) B.V, eksplorasi di Anambas.

Kendati demikian, Rikky juga mengungkapkan bukan berarti perusahaan KKKS tidak mempunyai tantangan selama masa pandemi Covid-19. Tantangannya harus meminimalisir pekerja, meminimalisir mobilisasi, tetap harus menjaga protokol Covid-19, tetap harus menjaga produksi dan lifting saat ini. Kemudian, tentu tetap harus mencari sumber cadangan ke depan dan tetap harus menjaga standar keamanan serta keselamatan.

Kini SKK Migas mempunyai visi tahun 2030 dengan target produksi minyak 1 juta Barrel per hari, sedangkan produksi Gas ~12,000 MMSCF per hari. Target itu optimis akan dicapai oleh SKK Migas bersama perusahaan-perusahaan KKKS dengan terus mengoptimalisasi lapangan eksisting, melakukan transformasi sumberdaya kontijen ke produksi, mempercepat chemical EOR, dan menargetkan eksplorasi penemuan besar. ***

Dokumen SKK Migas.

PENGAMAT sektor Migas, Komaidi Notonegoro mengemukakan perlunya semua pihak memahami bahkan memberikan ‘’karpet merah’’ untuk kerja-kerja perusahaan industri hulu migas. Dia memberikan argumen bahwa apa yang dihasilkan hulu migas akan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.

‘’Semua yang SKK Migas hasilkan tak lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Bandara, rel kereta api, bahkan industri pesawat terbang, semua terbangun dari hasil hulu migas. Belum lagi kita membutuhkan keamanan energi yang sehari-hari menjadi konsumsi masyarakat,’’ kata Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute.

Bahkan ia melihat peran industri hulu migas semakin signifikan pada hari-hari belakangan ini. Dalam 10 tahun terakhir kontribusi migas terhadap penerimaan negara bisa mencapai 15,98 persen per tahun dengan rata-rata sekitar 8 sampai 12 persen. Pada dekade-dekade sebelumnya bahkan mencapai 60 persen.

Dengan peran yang masih sangat besar itu, Notonegero sangat yakin krisis energi di Inggris yang kini merembet ke jiran Singapura, akan enyah dan tidak akan merapat ke Indonesia. ‘’Sejauh ini scurity of energy kita masih aman,’’ imbuh Noto.

Kemudian ia juga memaparkan besarnya peran sektor hulu migas dalam struktur perekonomian. Di mana investasi sektor hulu migas tidak hanya penting bagi sektor hulu migas itu sendiri, tetapi memiliki peran penting bagi sektor pendukung dan sektor penggunanya. Jumlah sektor pendukung yang terkait dengan kegiatan usaha hulu migas mencapai 73 sektor, sedangkan penggunanya sebanyak 45 sektor.

Sektor pendukung industri hulu migas membentuk 55,99 persen produk domestik bruto (PDB) dan menyerap 61,53 persen tenaga kerja Indonesia, sedangkan sektor pengguna membentuk 27.27 persen PDB dan menyerap 19.34 persen tenaga kerja.

Kontribusi ke Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) juga cukup besar. Sebagai contoh, DBH minyak bumi sebesar Rp 125.868.120.345 dan DBH gas bumi sebesar Rp 487.584.099.221 dari total pendapatan Rp 3.939.451.004.378 APBD Provinsi Kepri Tahun 2019. Sedangkan pada tahun 2020, DBH minyak bumi Rp59.225.855.348 dan DBH gas bumi sebesar Rp 195.154.952.945 dari total pendapatan Rp 3.514.310.183.325 APBD Kepri Tahun 2020.

Notonegoro mengaku bukan bermaksud membela perusahaan-peusahaan industri hulu migas, tetapi dalam kegiatan eksplorasi mereka bukan tanpa risiko. Saat eksplorasi berjalan, semua istilahnya  ‘’pakai dulu’’ alias pakdul, sedangkan jika tidak menemukan cadangan minyak, maka investasi otomatis hangus.

Untuk itu, menurut dia, sudah sewajarnya semua pihak berkepentingan untuk memberikan iklim investasi yang baik bagi perusahaan-perusahaan industri hulu migas. ‘’Berikanlah iklim investasi yang baik, berikan kepada mereka karpet merah,’’ imbau dia.

Berjalan aman dan lancarnya kerja-kerja eksplorasi dan eksploitasi hulu migas, Notonegoro berkeyakinan Provinsi Kepri dan Indonesia umumnya akan jauh dari krisis energi. Dengan demikian, sumber daya alam Kepri yang melimpah, pun akan menjadi berkah bagi seluruh warganya. (arham)