Batam, Keprisatu.com – Kota Batam saat ini sudah mampu menjelma menjadi kota industri yang besar. Bahkan kota berjuluk Kota Teh Obenk ini, menjadi incaran investor asing.
Kondisi ini didukung dari ‘power’ jabatan Walikota Batam yang juga merangkap sebagai Kepala BP Batam. Dua periode kepemimpinan di Kota Batam dipimpin Walikota yang juga menjabat Kepala BP Batam, Keuntungan itu menjadi modal untuk terus menjadikan Batam menjadi Kota industri yang maju. Tentu saja fakta ‘dua kapal dengan satu nahkoda’ ini tidak dimiliki Kota atau kabupaten lain.
Saat ini menjadi pembicaraan santer oleh masyarakat Batam. HM Rudi , Walikota Batam dan Kepala BP Batam, yang tinggal menghabiskan sisa periode tak sampai di 2024. Siapa sosok berikutnya yang bakal menduduki ‘dua singgahsana’ tersebut?
Berkait dengan calon pemimpin Batam kedepan, agagnya salah satu hal yang musti ada di dalam seorang calon pemimpin Batam kedepan atau disebut kriteria.
“Ya kriterianya adalah orang yang bisa membawa Batam ini ‘terbang tinggi’. Jadi dia tidak hanya sibuk ngurusin internal tapi bagaimana membangun dengan kawasan kawasan sekitar (internasional),” demikian uraian awal yang disampaikan Ir H Riky Indrakari , salah satu politisi di Kota Batam yang saat ini memegang tampuk Ketua DPD Partai Gelora Kota Batam.
Saat ini Batam berada di salah satu kawasan terpadat di dunia yaitu Selat Malaka yang menjadi pemisah antara Batam dan Singapura. Selat ini menjadi lalu lintas teramai dengan 200-an kapal yang berlalu lalang setiap harinya.
Itu bukan hanya kapal-kapal nelayan kecil itu kapal-kapal besar yang membawa ribuan kontainer. Riki mengatakan dengan kondisi itu, Apa yang Batam dapatkan dari 200 kapal yang melintas di sana?
“Pemimpin Batam ke depan harus mampu memanfaatkan kondisi geografis Batam – Singapura . Ini akan berhasil kalau mendapatkan pemimpin yang tepat. Karena konsekuensinya Batam tidak perlu lagi menyusu dari pusat, Batam tidak boleh lagi mendapatkan anggaran dari APBN,” ujar Riki .
Ia beralasan, walaupun mendapatkan dana dari APBN, yang dibangun pun bukan skala yang bisa meraih target-target kapal niaga yang berjumlah lebih dari 200 tersebut.
Batam ‘Harus’ jadi Hinterland-nya Singapura
Satu hal yang harus diraih yaitu bagaimana menjadikan Batam ini hinterlandnya Singapura. Dengan demikian, Kota Batam terintegrasi dengan keterbatasan Singapura.
“Harus ada pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan Republik Singapura, dan meyakinkan bahwa kita adalah suatu bagian dari kegiatan kemajuan bersama,” papar Riki Indrakari.
Dia mencontohkan , kalau Kota Batam menjadi hinterlandnya Singapura, industri yang sudah tidak kompetitif lagi di Singapura, bisa menjadi prioritas untuk disiapkan di Batam. “Bisa dimulai dari kualifikasi, SDMnya itu perlu disiapkan, bila perlu ada program magang di Singapura,” kata Riki lagi.
Jadi, urai dia , sampai ketika industrinya (yang di Singapura) itu pindah, maka orang-orang dari Batam sudah siap mengelola industri tersebut.
Berikutnya, soal kriteria , Riki menyebut pemimpin Batam ke depan harus punya mindset yang punya wawasan internasional dan mampu berkomunikasi dengan tetangga negara-negara tetangga seperti Singapura Malaysia Brunei Darussalam dan yang lainnya.
“Karena saat ini saya melihat zamannya bukan lagi berkompetisi dengan negara lain, melainkan adalah berkolaborasi,” ulasnya.
Ini dilatarbelakangi pasca perang Rusia Ukraina membawa dampak bahwa saat ini menghadapi krisis energi, krisis pangan dan sebagainya, sehingga pembangunan negara saat ini lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi dalam negerinya.
“Untuk itu kita harus mengambil kesempatan bahwa Singapura dengan segala keterbatasannya mampu survive. Nah kalau itu bisa menjadi bagian dari kolaborasi untuk HUB-nya Batam. Sementara 40% produk ekspor indonesia masih bertumpu pada pelabuhan Singapura. Seharusnya, jika kita bisa menjadi hinterladnnya Singapura, sebagian daripada kegiatan kepelabuhan Singapura bisa dikelola di Batam.” papar Riki. Dengan demikian pelabuhan di Batam harus menjadi pelabuhan khusus.
Namun Riki melihat , yang terjadi itu terbalik, bahwa yang dikhususkan kemudian adalah daratannya. Padahal uang besar itu ada di laut. apalagi daratan di Batam terbatas.
Riki menilai dilaut lebih banyak potensi yang mendapatkan pemasukan. “Ketika sandar di laut, mereka butuh air bersih, makanan, minuman bahan bakar, kemudian kebutuhan logistik yang ini bisa kita kelola. Jadi, pola kolaborasi yang dimaksud itu seharusnya berikan independensi kepada BP. BP yang ke depan itu seharusnya dia lebih kepada fungsi marketing atas wilayah yang akan dikembangkan ini,” ulas Riki lagi.
Riki mencontohkan daratan yang dimiliki Batam masih ada di Rempang Galang yang bisa dikembangkan untuk menjadi budidaya laut, tidak hanya industri pariwisata saja.
“Budidaya laut ini bisa dipadukan dengan agrowisata agrobisnis, misalnya dibuat saja pengembangan holtikultura dan di sana bisa dibuatkan tempat untuk menginap. Semacam resort berbasis lingkungan seperti di Bintan ada ada hotel yang berbentuk tenda-tenda,” papar Riki.
Riki: Sosok Irwansyah Mau Mendengar dan Belajar
Saat ditanyai soal sosok Irwansyah untuk menjadi salah satu calon pemimpin Batam kedepan Irwansyah saat ini duduk di Komisi 3 DPRD Kepri di dua periode. Sebelumnya Dia duduk di DPRD Kota Batam selama dua periode. Riki Indrakari mengatakan satu hal bahwa Irwansyah adalah sosok politisi dari PPP yang sudah lama berkecimpung di dunia politik.
“Dia (Irwansya) orang yang lama dan matang di legislatif, dia orang yang cukup fokus untuk masalah kebijakan publik. Dia mau mendengar dan mau belajar serta mau mempraktikkan,” ujar Riki Indrakari menanggapi sosok Irwansyah yang disebut sebut bakal maju di Batam 1 pada pilkada 2024.
Riki mengatakan , Batam kedepan butuh pemimpin yang mampu berkomunikasi dan mampu membangun kolaborasi.
“Mampu komunikasi dan kolaborasi , dia tidak mesti di depan seperti pesan dari Ki Hajar Dewantara. Saat dibutuhkan ada di depan, saat memberikan semangat dia ada di tengah-tengah, saat dia mendorong untuk kolaborasi ya harusnya ada di belakang, jadi jangan sampai dia di depan terus dengan memberi perintah terus,” ujarnya.
Saat ini sudah saatnya untuk orang orang yang berpengalaman di DPRD diberikan panggung bagaimana masyarakat teredukasi dan menjadi pemimpin yang tepat pada masanya. (KS03)
Editor : Teguh Joko Lismanto