Keprisatu.com – Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berencana membuka travel bubble dengan Singapura di saat varian Omicron merebak di jiran tersebut. Travel bubble atau gelembung perjalanan antara Batam, Bintan, dan Singapura rencananya akan dibuka pada Senin (24/01/22).
Kesiapan pembukaan travel bubble Batam, Bintan, dan Singapura tersebut telah ditinjau langsung oleh Menparekraf RI Sandiaga Salahuddin Uno bersama Gubernur Provinsi Kepri, H. Ansar Ahmad, SE, MM. Travel bubble akan diterapkan antara Singapura dengan kawasan pariwisata terpadu, Nongsa Point Batam dan kawasan wisata Lagoi Bintan. Tujuannya untuk membangkitkan kembali industri pariwisata Kepri yang sempat mati suri setelah pandemi Covid-19.
Di satu sisi Kepri mengklaim sudah sangat siap untuk melaksanakan travel bubble seiring dengan menurunnya kasus Covid-19. Namun di sisi Singapura, negeri jiran itu sedang menghadapi gelombang covid-19 yang terus meningkat dari hari ke hari. Pada Jumat (21/01/22) lalu Singapura mencatat lebih dari 3.000 kasus baru dalam sehari.
Pemerintah Singapura memperkirakan negaranya bakal segera menghadapi gelombang “signifikan” Covid-19, terutama sejak mewabahnya varian Omicron. Tak tanggung-tanggung, jumlah kasus harian Covid-19 di Singapura diperkirakan bisa menembus 15.000.
Ketua Satuan Tugas Multi-Kementerian Singapura Gan Kim Yong menjelaskan, Singapura kemungkinan akan segera melihat “gelombang signifikan” Covid-19, dengan varian Omicron yang lebih menular sekarang menyebabkan setidaknya 70 persen kasus harian.
“Namun kenyataannya, proporsinya cenderung lebih tinggi, mungkin mendekati 90 persen atau lebih. Omicron jelas mendominasi varian Delta di Singapura,” kata Gan, sebagaimana CNBC mengutip dari CNA, Jumat (21/01/2022).
Gelombang yang Signifikan
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) memperkirakan jumlah kasus Covid-19 akan meningkat tajam. “Kasus bisa berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari dan bisa mencapai 10.000 hingga 15.000, atau bahkan lebih, kasus per hari,” tulis MOH dalam keterangan resminya.
Mengingat tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah, Singapura harus memusatkan perhatiannya pada jumlah pasien di unit perawatan intensif daripada jumlah kasus.
“Namun demikian, transmisibilitas Omicron yang lebih tinggi berarti bahwa kita tidak boleh lengah, karena peningkatan jumlah kasus secara keseluruhan yang tidak terkendali masih dapat mendorong penerimaan rumah sakit dan ICU ke tingkat yang tidak dapat ditangani,” tambahnya.
Gan yang juga Menteri Perdagangan dan Industri Singapura menegaskan bahwa masyarakat Singapura harus bersiap ketika sebagian besar karyawan mungkin bakal terinfeksi Covid-19.
“Jika kita memiliki, misalnya, 15.000 kasus sehari, yang sangat mungkin, dengan masing-masing dari mereka tidak bekerja selama rata-rata sekitar lima hari, kita melihat sekitar 75.000 pekerja absen karena Covid-19,” ujarnya. “Ini adalah pengalaman negara lain dan kita tidak bisa menganggapnya enteng,” imbuhnya.
Berdasarkan data Worldometers, Singapura pada Kamis (20/01/2022), mencatatkan penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 1.472 dengan 1 kasus kematian. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Singapura hingga kini tercatat mencapai 297.549 kasus dan 845 jumlah kasus kematian. (KS04)