Beranda Batam Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Warga Setokok Tanam Ribuan Mangrove

Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Warga Setokok Tanam Ribuan Mangrove

70
0
Penanaman mangrove di Setokok
Penanaman mangrove oleh warga Setokok

Batam, Keprisatu.com – Setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day. Peringatan yang dilakukan di seluruh dunia ini diketahui bermula sejak tahun 1974.

Lingkungan hidup menjadi isu penting yang sudah jadi perhatian sejak lama. Banyaknya penebangan pohon memicu sejumlah potensi kerusakan alam yang berpotensi merusak ekosistem.

Di Kota Batam, salah satu bentuk peringatan World Environment Day ini dilakukan oleh sekelompok warga yang mempunyai kesibukan berbeda dari warga lainnya .

Mereka adalah warga yang berasal dari Kampung Tua Setokok, Kota Batam .

Di momen hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, dimanfaatkan warga dengan cara menanam mangrove di lahan pesisir Pantai Setokok Kecamatan Bulang Kota Batam, Minggu (5/6/2022) pagi. Penanaman mangrove ini dilakukan dengan kesadaran diri sendiri.

Suardi

Selain dihadiri warga Setokok, hadir juga Suardi, Ketua LSM Peduli Lingkungan Hidup dan Kelautan Provinsi Kepri yang konsern dalam hal membantu memotivasi warga untuk  pembibitan mangrove.

Pembibitan ini dilakukan dalam rangka menyiapkan bibit untuk digunakan sebagai langkah mensukseskan reboisasi hutan mangrove.  “Selain untuk memberikan motivasi kepada warga untuk membuat langkah dalam membuat pembibitan mangrove, juga menanam mangrove,” kata Suardi.

Selain itu, menurut Suardi, pihaknya juga saat ini tengah menyiapkan gagasan untuk mengangkat perekonomian warga yang ada di Pesisir Kota Batam.

“Kami sudah siapkan gagasan untuk membuat ekowisata mangrove terpadu di Kota Batam, yang akan kita mulai dari Setokok,” katanya lagi .

Wacana Ekowisata mangrove terpadu ini, kata Suardi lagi, lantaran saat ini di Setokok sangat ditunjang oleh daya dukung yang luar biasa lengkap.

“Daya dukung seperti pantai yang indah, masyarakat yang sangat mendukung dan yang paling penting adalah ketersediaan mangrove itu sendiri,” ujar Suardi lagi.

Karena, sangat ironis saat bicara pengelolaan hutan mangrove terpadu, namun tidak ada mangrovenya.

“Nah, di sini (Setokok) lengkap. Apalagi di sini juga ditunjang masyarakat yang kebanyakan sebagai  nelayan pesisir. Artinya jika yang kita tanam ini sudah jadi, nantinya akan jadi wisata bahari,” kata Suardi lagi .

Maka dari itu, jelas Suardi , dukungan dari pemerintah pusat hingga ke daerah sangat dibutuhkan dalam berkolaburasi dengan masyarakat dan insan yang cinta wisata .

Gagasan ekowisata ini , sangat dilematis saat dihadapkan kondisi hari ini dimana ratusan hektare mangrove di pulau utama Kota Batam, ‘dirusak’ atas nama pembangunan oleh para oknum pengusaha.

“Ratusan mangrove di Batam ditimbun. Rata rata itu pengusahanya tidak mengantongi regulasi yang jelas atau perizinan yang resmi dari pemerintah. Untuk itu pengawasan dari pemerintah harus gencar lagi. Namun saat ini pertanyaannya ada atau tidak pengawasannya, jangan jangan sudah masuk angin ,” kata Suardi menambahkan.

Suardi mencontohkan, saat para penegak hukum turun di lokasi lokasi penimbunan hutan mangrove, namun aktifitas penimbunan tetap berjalan. “Penegakan hukumnya lemah, karena para pelaku masih juga berkasi dan berkeliaran,” tegas Suardi.

 

Ratusan Ribu Bibit Mangrove Siap Hijaukan Pesisir Batam

Sempena Hari Lingkungan Hidup Sedunia, saat ini sudah banyak bermunculan kelompok kelompok petani yang terus memperbanyak pembibitan mangrove secara swadaya.

“Ini hal yang luar biasa, saat warga yang mempersiapkan bibit mangrove itu, bekerja dengan sukarela , tanpa paksaan dan bantuan dari manapun. Ini harus diapresiasi ,” kata Suardi , Ketua LSM Peduli Lingkungan Hidup dan Kelautan Provinsi Kepri.

Hal ini dilakukan lantaran keinginan untuk menjaga kelestarian hutan mangrove. Apalagi saat ini, ada kehormatan bagi warga Batam khususnya di Setokok, dimana Presiden Joko Widodo berkenan menanam mangrove di pantai Setokok beberapa waktu lalu.

“Ini bukti pemerintah pusat (Presiden Joko Widodo) punya perhatian khusus atas tetap terjaganya hutan mangrove dari kerusakan,” kata Suardi lagi.

Penanaman mangrove ini juga diharapkan bisa memotivasi siapa saja untuk sama sama menjaga kelestarian hutan mangrove. “Mereka sendiri ingin menjaga kelestarian mangrove di kawasan mereka.  Selain itu warga juga ingin menjaga kawsan wisata mangrove dengan menjadikannya sebagai kawasan ekowisata terpadu.

“Perpaduan wisata mangrove, ada kuliner, dan ada wisata bahari, perikanan, pertaniannya, ada budaya lokal,  sehingga saling berkaitan,” tegasnya lagi.

Suardi mengatakan, konsep ekowisata mungkin dapat menjadi jawaban atas tantangan pengembangan aktivitas wisata di kawasan konservasi. Konsep ekowisata secara garis besar merupakan sebuah prinsip pengembangan wisata yang megutamakan kelestarian alam dan kelokalan masyarakat.

Sehingga aktivitas wisata tidak memberikan dampak serius pada kelokalan di suatu kawasan.  Saat ini, banyak kawasan yang mendeklarasikan diri sebagai kawasan ekowisata namun tidak benar-benar menerapkan prinsip kelestarian dan kelokalan.

Contohnya adalah ketika suatu kawasan konservasi mengijinkan pemanfaatan lahan untuk akomodasi penginapan namun tidak diatur pengembangannya sehingga akomodasi hotel yang dibangun tidak selaras dengan konsep konservasi yang berlangsung.

Contoh lainnya adalah ketika kawasan ekowisata menyediakan sarana transportasi umum yang berpolusi, bising, atau merupakan sebuah alat transportasi yang bukan berasal dari budaya masyarakat lokal. (KS03)

Editor : Teguh Joko Lismanto