Beranda Karimun Harga Pertalite di Karimun Jadi Rp8 ribu

Harga Pertalite di Karimun Jadi Rp8 ribu

97
0
Harga Pertalite Tetap Ya, Di Kepri Rp 7.650 per Liter
Pelanggan mengisi BBM di SPBU Karimun beberapa waktu lalu.
Pertalite Mulai
Pengisian Bahan bakar di SPBU Karimun beberapa waktu lalu.

Keprisatu.com – Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau resmi dibandrol dengan harga Rp8.000 perliternya terhitung 23 Januari 2022.

Kenaikan harga BBM jenis pertalite itu mengacu atas penyesuaian harga dari Pertamina. Sebelumnya, untuk wilayah Karimun, harga untuk 1 liter pertalite seharga Rp 7.250 dan kini alami kenaikan Rp750 dan menjadi Rp8.000.

Direktur Perusahan Umum Daerah (Perumda) Bumi Berazam Jaya sekaligus pengelola SPBU Poros Devanan Syam mengatakan, sejak masuk ke Kabupaten Karimun, harga pertalite terus mengalami penyesuaian dari Pertamina.

Dimana pada Oktober 2021 lalu, awalnya harga pertalute di Karimun dibandrol dengan harga Rp6.450 dan terus alami kenaikan setiap bulannya untuk menyesuaikan harga di Pertamina.

“Kami sampaikan bahwa harga Pertalite di Karimun seharga Rp. 8.000 per liternya terhitung mulai 23 Desember 2021,” ujar Dev, Minggu (23/1/2022).

Dev mengatakan, saat masuk ke Karimun, Pertalite yang dijual dibawah harga Rp8.000 merupakan pertalite khusus. Dan kini, sudah berubah menjadi pertalite biasa sehingga harganya Rp 8.000.

“Ada penyesuaian harga jual untuk wilayah Karimun dan Lingga, dimana sudah tidak ada Pertalite khusus karena menjadi produk Pertalite biasa diharga Rp.8000,” katanya.

Penggunaan pertalite sebagai bahan bakar kendaraan dk Kabupaten Karimun telah dimulai sejak Oktober 2021 lalu. Hal tersebut menyusul penghapusan BBM jenis Premium.

Penggunaan Pertalite sendiri dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan premium. Akan tetapi, untuk penggunaannya sendiri lebih boros dibandingkan premium.

Kenaikan yang terjadi pada BBM jenis pertalite ini masyarakat terlalu cepat. Karena dalam kurun waktu 5 bulan, Pertamina sudah menaikkan sebanyak 3 kali.

“Ini terlalu cepat, walaupun bertahap tetapi ini tentunya sangat terasa bagi kami masayrakat. Ditambah penggunaannya lebih boros,” katanya.

(Ks12)