Beranda Internasional Duh! Krisis Energi sampai Singapura, Warganya Harus Hemat

Duh! Krisis Energi sampai Singapura, Warganya Harus Hemat

26
0
Negeri Jiran Singapura Diminta Hati-Hati Oleh Rusia
Singapura menjatuhkan sanksi kepada Rusia terkait dengan serangan ke Ukraina.
Duh! Krisis Energi sampai Singapura, warganya harus hemat.
Krisis energi global mulai sampai ke Singapura. Warga jiran itu mulai diminta untuk menghemat.

Keprisatu.com – Krisis energi global cepat sampai ke negeri jiran Singapura. Sejumlah perusahaan pengecer listrik di negara tetangga Indonesia itu kini bertumbangan.

Dua di antaranya Ohm Energy dan iSwitch. Perusahaan menghentikan operasi mereka di Singapura dengan alasan pasar listrik yang bergejolak.

Ohm Energy akan mentransfer semua rekening pengguna ke SP Group, perusahaan listrik milik negara di Singapura, Oktober. iSwitch sendiri mengaku akan menghentikan operasi 11 November melalui webnya.

Otoritas Pasar Energi (EMA) mengatakan pengecer listrik menghadapi tantangan karena situasi yang “luar biasa” di sektor energi. Pasar grosir listrik telah mengalami volatilitas harga yang lebih tinggi.

Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan global untuk gas alam disertai penurunan produksi gas alam dan batu bara. Di Singapura, ada permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya, dengan permintaan puncak sebesar 7.667 megawatt yang tercatat pada 12 Oktober.

“Ada juga pembatasan gas alam perpipaan dari West Natuna (RI) dan rendahnya gas yang dipasok dari Sumsel,” kata EMA menjelaskan penyebab lagi, sebagaimana CNBC mengutip Channel News Asia (CNA), Senin (18/10/2021).

Singapura memiliki sistem Pasar Listrik Terbuka (OEM) yang meliberalisasi kelistrikan. Diluncurkan di 2018, konsumen bisa mendapatkan pilihan dan fleksibilitas tinggi saat membeli listrik.

Sekitar setengah dari konsumen rumah tangga di Singapura telah beralih membeli listrik dari pengecer OEM. Separuh konsumen rumah tangga lainnya tetap membeli listrik dari SP Group dengan tarif yang diatur atau ke Pasar Grosir Listrik Singapura meski kecil.

Sementara itu, kepala derivatif energi global di Simpson Spence Young, James Whistler mengatakan lonjakan harga menghapus keuntungan bagi pengecer listrik independen di negeri itu. Pemasok yang tidak melakukan lindung nilai terhadap pergerakan harga yang fluktuatif pada akhirnya harus membeli energi dengan biaya yang jauh lebih tinggi daripada yang mereka jual kepada pelanggan.

“Jelas ada kekurangan gas yang menyebabkan masalah, kapasitas pipa rendah dan pasokan LNG mungkin juga tidak masuk,” tambahnya dikutip The Edge dari Bloomberg.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura juga sudah meminta warga berhemat di tengah kenaikan bahan bakar listrik sejak awal Oktober. Singapura sendiri menghasilkan listriknya dengan gas alam yang diimpor. (KS04)