Dibalik Kesusahan Ada Kemudahan. Saya, anda dan kita semua selaku umat beragama percaya akan hal itu. Adalah Asril Sidi (61 tahun) warga Batam asal Teluk Bayur, Padang, yang mengalami. Allah SWT telah tunjukan kebesaranNYA, memberikan kelancaran upaya dilakukan mulai dari evakuasi Pak Asril hingga pengembaliannya ke pihak keluarga di Padang.
Dalam proses hanya tiga hari, alhamdulillah semua berjalan lancar tanpa kendala. Terimakasih Ya Allah, tanpa pertolonganMu, mustahil semua itu berlaku.
Selasa pagi (19/1), handphone saya berdering, maklumlah jam “rawan” dan jarang bisa angkat. Lewat pukul 12.00 siang, ketika sukma sudah kumpul, baru buka hape dan telepon balik semua panggilan masuk. Tak terkecuali salah satu panggilan dari keluarga di Padang yang memang sebelumnya sangat jarang berkomunikasi jika tidak ada yang terlalu urgen.
Ni Yu nama lengkapnya Yurida Sukma adalah bagian dari keluarga saya, tinggal di Indaruang, Padang. Dulunya masa kecil dan besar beliau di Rumah Gadangnya terletak di kawasan Teluk Bayur. Ni Yu juga adalah guru terbaik saya, ketika saya masih bersekolah di SMAN 10 Padang era 90-an. Jadi, begitu dekat dan akrab, keluarga sekaligus pendidik di sekolah.
Dari informasi beliau inilah, cerita Pak Asril bermula. Pak Asril lahir dan besar di Teluk Bayur, bertetangga dengan Ni Yu. Beliau minta ke saya, untuk besuk Pak Asril yang sedang sakit. Satu-satunya pembuka jalan, saya diberikan nomor kontak Irvan Servis (panggilan Irvan berprofesi sebagai servis AC), warga Jodoh asal Teluk Bayur.
Kata Ni Yu, dia membaca pesan di grup wa IKTS (Ikatan Keluarga Teluk Bayur dan Sekitarnya) bahwa kondisi Pak Asril memprihatinkan. Tak puas hati, Ni Yu juga menghubungi Muhammad Yusuf Sisus, yang bermukim di Jakarta. Antara Ni Yu, Pak Sisus dan Pak Asril, dulunya mereka teman main kecil era 60-an dan bertetangga di Teluk Bayur, sebelum kawasan itu terkena gusuran proyek perluasan kawasan pelabuhan sejak 30 tahun terakhir.
Sambil menikmati Lotek Tek Kasi dan Teh Talua Tapai (menu andalan di Salero Nan Tau Raso itu), kami bertiga bincang tipis-tipis. Uda Irvan yang kala itu didampingi istrinya, menceritakan kondisi Pak Asril. Ba’da Isya dan selepas makan tipis-tipis, saya minta diantarkan ke tempat Pak Asril. Melaju la kami bertiga dengan dua mobil terpisah, menembus malam ke arah Sekupang.
Begitu sampai dan parkir dari jarak sedikit jauh, kami berjalan menyusuri lorong sempit tanpa penerangan di belakang ruko-ruko kawasan Sei Harapan. Sesampai di kediaman Pak Asril kawasan rumah liar, saya langsung terperanjat bercampur sedih, menyaksikan realita dihadapan mata. Tak sanggup melihatnya, hingga mata memerah berkaca-kaca menahan kesedihan.
Seorang tua renta dalam kondisi lemah tak berdaya, sakit dan lumpuh, bertahun-tahun hidup sendiri di gubuk reot, bedeng nan sangat kumuh, serta jauh dari kelayakan untuk ditempati bahkan biangnya berbagai penyakit.
Keesokan harinya, Kamis (21/1) malam kami bertiga kembali janjian untuk membawa Pak Asril keluar dari gubuk reot tersebut. Ba’da Isya, setelah dimandikan, bersih dan ganti pakaian kami menuju Rumah Bekam di Perumahan Taman Victoria, Simpang Base Camp, Marina. Kami membawa Pak Asril untuk pengecekan kondisi kakinya yang sulit berjalan, di pengobatan tradisional Mas Iskandar Sudrajat.
Tak hanya itu, dengan kemurahan hati Om Entong sapaan Mas Sudrajat dikalangan kawan-kawan komunitas sosial, Pak Asril bahkan ditawari nginap di tempatnya, agar dapat beristirahat cukup dan pulas. Tawaran diterima, dan kami mengucapkan terima kasih. Seketika itu #sahabatamri lainnya juga pejuang sosial bang Vicky Tirta Kartawana Ebd turut memberikan dukungan moril.
Jumat (22/1), Pak Sisus di ujung telepon dari Jakarta terus memantau perkembangan Pak Asril dan menginformasikan di grup IKTS. Kabar terbaru, setelah menghubungi pihak keluarga Pak Asril yang masih ada di Padang, Pak Sisus menyebutkan sebaiknya Pak Asril dipulangkan ke keluarganya. Seketika itu juga, IKTS melalui Pak Sisus mengutus Pak Rosman Nario (warga Cilengsi asal Teluk Bayur) ke Batam, untuk mendampingi Pak Asril hingga ke Padang.
Dan kami segera mempersiapkan keberangkatan dengan membawa Pak Asril untuk Rapid Test Antigen di salah satu klinik terdekat buka 24 jam. Alhamdulillah, kami bersyukur hasilnya negatif. Tanpa berfikir panjang, langsung mencari tiket pesawat tujuan Padang untuk keberangkatan esok hari, melalui Traveloka dan bayar via Alfamart.
Sabtu (23/1) pagi, kami kembali ke kediaman Om Entong, menjemput Pak Asril menuju Bandara Internasional Hang Nadim untuk keberangkatan pesawat siang. Di bandara pun, proses berjalan lancar mulai pemeriksaan surat keterangan Rapid Test Antigen, chek in tiket hingga pemeriksaan kesehatan di klinik bandara.
Begitupun diperjalanan tidak menemui kendala yang berarti, serta di Bandara Internasional Minangkabau telah menanti pihak keluarga. Semua mengalir begitu saja. Kini, Pak Asril sudah bertemu dengan keluarganya yang masih ada dan sempat terpisah lama.
Proses berjalan begitu cepat, yang tadihya tidak terfikirkan oleh Pak Asril akan dipindahkan apalagi sampai dipulangkan ke daerah asalnya yang telah ditinggalkan puluhan tahun.
Saat pertama kali kami datang, beliau hanya minta tolong dibelikan makan dan antarkan berobat. Tapi Allah SWT berkehendak lain, dipilihkan jalan terbaik, kembali ke keluarganya agar dapat tinggal di tempat yang layak di Jondul, Rawang, dan dirawat dengan baik di hari tuanya ini.
Terima kasih kepada kawan-kawan, #sahabatamri dan saudara yang telah membantu kelancaran proses pemindahan Pak Asril hingga kepulangan. Semoga bantuan, dukungan dan doa kita semua, mempercepat kesembuhan Pak Asril.
Dari sini kita, lebih khusus lagi saya pribadi dapat petik hikmah dan pelajaran bahwasanya bantuan kecil dan tidak seberapa ini, bermakna besar bagi yang sangat membutuhkan dan telah memberikan harapan hidup bagi orang lain. Apabila kita dapat membantu orang lain, maka urusan kita juga akan dipermudah. Itu janji Allah SWT.(*)
Editor : Tedjo
#sahabatamri