Keprisatu.com – Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya menabuh genderang perang dan memulai invasi ke Ukraina. Perang antar dua negara itu disebut akan berpengaruh terhadap Indonesia, walau tidak secara langsung.
Menurut pendapat beberapa pakar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dampak perang Rusia-Ukraina yang paling cepat akan dirasakan adalah pengaruhnya terhadap harga minyak dunia. Pasalnya, Rusia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pasokan cadangan minyak dunia.
Selain itu, stabilitas perdagangan juga diprediksi akan terganggu sehingga sedikit banyak akan dirasakan dampaknya di Indonesia. Terakhir, perang ini dikhawatirkan mengakibatkan krisis keamanan global bisa memicu krisis multidimensi.
Dampak perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia
1. Mengganggu stabilitas perdagangan internasional
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riza Noer Arafani mengungkapkan, dampak perang Rusia-Ukraina tidak dirasakan secara langsung di Indonesia. Akan tetapi, menurut Riza, Indonesia akan akan menerima dampak perang secara tidak langsung.
Terutama terkait isu non militer. Ekonomi, misalnya. Stabilitas perdagangan internasional tentu akan terganggu.
“Tetapi secara tidak langsung ini bisa menjadi semacam proksi untuk isu-isu nonmiliter yang saya kira dalam 2-3 tahun terakhir ini sudah menjadi masalah yang serius bagi masyarakat internasional,” jelasnya kepada detikJateng, Kamis (24/2).
“Terutama misalnya kalau kita bicara masalah ekonomi dan perdagangan. Episode ini akan semakin menjadikan proses recovery, economic recovery terus proses-proses yang berkaitan dengan stabilitas perdagangan internasional itu akan terganggu,” imbuhnya.
2. Harga minyak dunia akan melonjak
Dampak yang paling langsung terasa menurut Riza adalah harga minyak. Hal ini lah yang perlu diantisipasi oleh pemerintah Indonesia.
“Jadi itu yang perlu kita antisipasi ya. Yang paling immediate ini nanti harga minyak. Harga minyak itu nanti akan terpengaruh dari peristiwa ini dan kita seperti biasanya harus siap-siap dengan implikasinya kepada domestik di Indonesia, menyangkut harga BBM, karena kita sudah net importer dari BBM itu,” jelasnya.
3. Pengaruhi tatanan ekonomi global
Konflik antara Moskow dan Kiev tak hanya melibatkan Rusia dan Ukraina. Tapi juga Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sebagian besar pihak yang berkonflik itu pun merupakan anggota G20. Walaupun G20 tak fokus terkait keamanan dan politik, tapi membicarakan tatanan ekonomi global, yang itu pasti akan terpengaruh konflik ini.
Oleh karena itu, Riza melihat negara-negara G20 termasuk Indonesia bisa berkontribusi membantu menyelesaikan masalah ini.
“Jadi saya kira G20 harus juga punya pesan dari sini. Memang G20 rancangannya bukan ke sana ya, bukan untuk bidang-bidang yang politik atau militer lebih ke ekonomi, keuangan. Tetapi tidak ada salahnya ada semacam urgensi dari kelompok negara-negara ini untuk masuk ke konflik ini dan menjadi future broker, peace broker atau penengah begitu,” ujar dia.
4. Krisis perdamaian dan keamanan global serius dan multidimensional
Serangan Rusia ke Ukraina dinilai sebagai akumulasi permasalahan multidimensi sejak bubarnya Uni Soviet. Guru Besar Hukum Internasional Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Ade Maman Suherman menyimpulkan krisis perdamaian dan keamanan global yang serius dan multidimensional.
“Intinya ini krisis perdamaian dan keamanan global yang serius dan multidimensional,” kata Ade kepada detikJateng, Kamis (24/2).
Ade memulai penjelasannya soal 10 negara eks Uni Soviet yang bergabung dengan NATO. “Rusia sudah semakin tidak percaya terhadap komitmen Eropa yang terus memperluas zona pakta Militer Atlantik Utara,” tuturnya.
Apalagi menurutnya, sepuluh negara eks Uni Soviet selain sebagai anggota NATO juga menjadi komunitas Uni Eropa yang secara ekonomi lebih menjanjikan dan memberikan harapan akan kesejahteraan dan demokrasi.
“Ketika menyentuh teritorial Ukraina yang sebagian penduduknya etnis Rusia, maka kesabaran Rusia sudah ada pada titik nadir dengan satu opsi yakni melawan,” ujar Ade yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Hukum Internasional di usianya yang 46 tahun pada 2013 lalu.
Namun saat ini posisi Ukraina dinilai seperti buah simalakama. Ade memberi contoh Presiden Ukraina yang pro Rusia digulingkan karena menolak untuk bergabung dengan Uni Eropa sekaligus anggota NATO pada tahun 2014.
“Di sisi lain Rusia tidak ingin Ukraine jadi anggota NATO dan berpotensi membangun pangkalan militer sebagai garis terdepan untuk berkonfrontasi dengan Rusia,” jelasnya.
5. Diprediksi berjalan lama hingga potensi Perang Dunia ke-3
Pihaknya memprediksi invasi Rusia ke Ukraina akan berjalan lama. Karena pihak barat tidak berani berkonflik militer. Amerika Serikat dan Inggris disebutnya hanya akan menerapkan sanksi ekonomi dan finansial.
“Ini kasus konflik pertama yang perpetrator-nya negara pemilik hak veto dengan kemampuan senjata nuklir yang mumpuni. Tidak tertutup kemungkinan potensi Perang Dunia ke-3 kalau kalap dan frustasi, everything might happen,” tuturnya
Ditanya soal bagaimana sebaiknya posisi Indonesia dalam operasi militer yang sedang dilancarkan Rusia pada Negara Ukraina saat ini? Pria yang menyelesaikan studi S2 di Universitas Groningen Belanda itu menjawab singkat.
“Normatif saja, agression, war crime, crime against humanity terhadap suatu negara berdaulat sebagai kejahatan internasional. Persoalannya siapa yang berani menghukum Rusia,” ucap Ade.
6. Dampak hubungan Indonesia-Rusia
Pakar hukum internasional Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Emmy Latifah menyebut, perang Rusia-Ukraina dikhawatirkan juga berpengaruh terhadap Indonesia jika terus berlarut-larut. Maka Indonesia diharapkan bisa turut mendorong perdamaian kedua negara.
“Bagaimanapun, secara khusus, jika konflik ini berkepanjangan, maka akan berdampak pada hubungan Indonesia-Rusia, baik di bidang ekonomi, pertahanan keamanan, sosial budaya dan politik,” ujar Emmy, saat dihubungi detikJateng, Kamis (24/2).
Ditanya soal kemampuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi juru damai, Emmy tak menutup kemungkinan tersebut. Sebab, hubungan Jokowi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin juga cukup baik.
“Jika pertanyaannya ‘bisa kah’, maka jawabannya adalah sangat bisa. Akan tetapi karena salah satu negara adalah negara maju, maka akan lebih baik jika dicari negara yang sekiranya lebih berpengaruh terhadap dua negara yang sedang berkonflik,” kata dia.
Indonesia dinilai bisa berperan dalam menyudahi invansi Rusia ke Ukraina. Emmy menilai Indonesia dapat aktif bersuara di forum-forum internasional.
“Indonesia sebagai salah satu negara anggota PBB yang juga cukup aktif berperan, dapat menyuarakan di forum-forum internasional untuk mencari dukungan internasional guna meminta Rusia mengakhiri serangan militernya ke Ukraina,” kata Emmy.
Sumber : detik.com