Keprisatu.com – Seorang perempuan di Queensland, Australia diduga tertular Covid-19 dari seorang staf hotel karantina yang negatif Covid-19 dan telah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19. Bagaimana itu bisa terjadi?
Teorinya adalah staf hotel secara tidak sengaja menyebarkan varian virus dari satu tamu ke tamu lain yang menginap di sana. Kedua tamu hotel itu menghuni kamar di lantai yang berbeda.
Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) warga Desa Kubangjati yang terkonfirmasi positif Covid-19 B117 sepulang dari Arab Saudi tiga pekan lalu. Otoritas kesehatan meyakini bahwa petugas hotel karantina itu menjadi penghubung antara kedua pelancong tersebut.
Teori pertama menyebut, partikel virus menempel pada tubuh staf hotel setelah berinteraksi dengan satu tamu kemudian dia menularkannya kepada tamu satunya lagi.
Bagaimana dia bisa menularkan Covid-19 tanpa dites positif? Ahli imunologi University of Queensland, Australia Larisa Labzin, mengatakan, teori itu adalah skenario yang mungkin terjadi.
“Kami tahu bahwa virus pasti dapat bertahan untuk beberapa waktu di permukaan,” kata dr Labzin, dikutip dari laman ABC Australia, Rabu (30/6).
Awalnya, staf tersebut mengantar seorang pria ke ambulans yang sudah menunggunya. Pria itu diketahui baru pulang dari Mongolia dan positif Covid-19.
Setelah itu, staf kemudian beranjak ke lantai lain di hotel dan mengambil spesimen usap hidung dari pramugari sebagai bagian dari pengujian rutin. Setelah meninggalkan hotel karantina, pramugari itu dinyatakan positif Covid-19 dengan jenis genom yang sama dengan pria yang pulang dari Mongolia.
Otoritas kesehatan meyakini staf hotellah yang menjembatani penularan Covid-19 antartamu hotel.
Dr Labzin menjelaskan bahwa skenario itu tidak mungkin terjadi, mengingat staf hotel karantina selalu mengenakan alat pelindung diri (APD) baru ketika menangani tamu.
“Cukup sulit membayangkan bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi saya kira itu menunjukkan betapa menularnya virus ini,” ujar dr Labzin.
Ahli virus dari University of Queensland, Kirsty Short, sependapat dengan rekannya mengenai teori transmisi permukaan itu. Ia menjelaskan, penularan dari kontaminasi permukaan jarang terjadi.
“Itu mungkin (bisa terjadi) kurang dari 10 persen dari kejadian penularan, jadi ini adalah rute yang jauh lebih jarang,” kata dr Short.
Teori kedua, yang disukai oleh para ahli, adalah staf hotel karantina memang tertular Covid-19, tetapi hanya dalam waktu yang sangat singkat. Labzin mengatakan, staf tersebut bisa saja terinfeksi Covid-19 singkat, tanpa pernah mengetahui penyakitnya itu.
Infeksi berdurasi pendek bisa terjadi ketika sistem kekebalan pekerja didukung vaksinasi lengkap. Dr Short menjelaskan, karena infeksinya sangat singkat, staf mungkin saja akan mendapatkan hasil negatif dalam tes Covid-19.
“Infeksi itu tidak cukup untuk menimbulkan respons imun, jadi Anda tidak akan benar-benar melihat apa pun dalam serologi,” ujar dia.
Jika orang yang divaksinasi lengkap masih dapat tertular virus dan berpotensi menulari orang lain tanpa hasil tes positif, apa artinya itu bagi program vaksin? Dr Labzin mengatakan tujuan pertama dari vaksin adalah mencegah keparahan pasien Covid-19.
“Jika kita dapat membuat orang keluar dari rumah sakit dan menghindarkan orang dari kematian akibat penyakit ini, kita dapat mengubah Covid-19 menjadi setara dengan flu biasa,” kata dr Labzin
Apakah virus itu dipindahkan dari permukaan atau dari infeksi sementara? Dr Short mengatakan, sulit untuk menentukannya secara meyakinkan.
“Saya pikir keduanya adalah skenario yang relatif langka, jadi itu seharusnya bukan sesuatu yang kita harapkan akan sering terjadi,” ujar dia. (***)
(Sumber Republika)