Beranda Internasional Begini Gejala Terjangkit Varian Corona Omicron

Begini Gejala Terjangkit Varian Corona Omicron

Angelique Coetzee, satu diantara dokter Afrika Selatan yang mendeteksi varian corona, Omicron. (Foto: BBC)
Begini gejala terjangkit varian corona omicron.
Angelique Coetzee, satu diantara dokter Afrika Selatan yang mendeteksi varian corona, Omicron. (Foto: BBC)

Keprisatu.com – Angelique Coetzee, satu diantara dokter pertama Afrika Selatan yang mendeteksi Omicron, varian virus corona, mengungkapkan pasien-pasien yang terkena sejauh ini bergejala ringan, masih bisa jalan.

“Keluhan pasien (Omicron), mereka merasa sangat capek satu atau dua hari. Gejala lain, sakit kepala dan badan terasa sakit. Kemudian tenggorokan serak,” kata Coetzee saat wawancara dengan BBC, dikutip Rabu (1/12/2021).

“Mereka tak batuk-batuk, tidak juga hilang indra penciuman maupun indra rasa,” imbuhnya.

Menurutnya, gejala pada tahap tersebut tak beda jauh dengan infeksi virus normal.

“Karena kami tak mendapati kasus baru Covid-19 dalam delapan hingga 10 pekan terakhir, kami putuskan melakukan tes,” katanya.

Ia menggambarkan gejalanya sangat ringan dan sejauh ini belum ada pasien Omicron yang menjalani perawatan di rumah sakit.

Diketahui, hasil tes menunjukkan baik pasien maupun keluarga mereka semuanya positif terkena Covid.

Insiden yang ia tuturkan ini mengacu pada kejadian pada 18 November 2021.

Pada hari itu, klinik yang ia kelola menerima sejumlah pasien yang memperlihatkan gejala yang berbeda dari gejala sakit yang diakibatkan oleh varian Delta.

Para pasien yang mendatangi kliniknya mengaku sangat capek selama dua hari. Mereka juga mengatakan badan sakit-sakit dan mengalami sakit kepala.

Ia menggambarkan gejala ini berbeda dengan gejala pasien Delta dan berpikir “ada sesuatu yang tengah terjadi” dan memutuskan untuk melaporkannya ke otoritas kesehatan di Afrika Selatan.

Pada 25 November, otoritas kesehatan di Afrika Selatan mengumumkan penemuan varian baru, setelah melakukan penelitian terhadap sampel laboratorium dari tanggal 14 hingga 16 November.

Coetzee, yang juga ketua organisasi medis di Afrika Selatan, mengatakan pada 18 November tersebut banyak pasien yang mengeluhkan gejala yang sangat mirip: rasa capek selama satu atau dua hari, badan sakit-sakit, dan sakit kepala.

“Sebagian besar gejalanya sangat ringan dan tak ada yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Kami bisa merawat mereka di rumah … saya berbicara dengan rekan-rekan dokter dan mereka menyampaikan hal yang sama,” kata Coetzee.

Dari pengalamannya sejauh ini, rata-rata pasien Omicron berusia di bawah 40 tahun. Hampir separuh pasien Omicron yang ia tangani belum menerima vaksinasi.

Coetzee meyakini varian Omicron “mungkin sudah beredar di negara-negara yang saat ini memberlakukan larangan perjalanan dari dan ke kawasan Afrika bagian selatan”.

Ia mengatakan mungkin para dokter hanya fokus pada varian Delta dan tak memperhatikan sudah ada varian baru.

“Karena memang mudah untuk tidak memperhatikannya. Kami di Afrika Selatan bisa mendeteksinya karena tidak ada kasus [baru] dalam beberapa pekan terakhir. Kalau masih ada kasus, mungkin kami juga gagal mendeteksinya,” kata Coetzee.

Kemunculan varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan ini mendorong sejumlah negara mengambil langkah cepat.

Inggris misalnya, pada hari Jumat (26/11), memberlakukan larangan perjalanan dari negara-negara di kawasan Afrika bagian selatan, keputusan yang ditentang oleh pemerintah Afrika Selatan.

Sejak Jumat (26/11), daftar negara yang melarang penerbangan dari dan ke Afrika Selatan bertambah, termasuk Amerika Serikat, beberapa negara Eropa dan sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia. (KS04)