
Keprisatu.com – Banjir bandang di Sumatra Utara mengancam pasokan pangan utama beras, cabai, dan sayuran, serta memicu risiko lonjakan harga barang kebutuhan pokok hingga 3,5 persen. Musim hujan yang mengguyur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan Kota Batam kian menimbulkan tekanan inflasi, terutama menjelang puncak Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, inflasi November 2025 melandai menjadi 0,23 persen (mtm) dan sudah mencapai 3,00 persen (yoy), dengan kontribusi terbesar dari sektor transportasi, BBM, serta komoditas pangan seperti kangkung dan cabai merah.
Pemerintah sendiri melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, telah menetapkan target inflasi nasional dengan kisaran sasaran 2,5 ± 1 persen (yaitu 1,5-3,5 persen).
Sebelumnya, Gubernur Ansar Ahmad melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memperingatkan potensi gangguan distribusi akibat cuaca ekstrem BMKG, seperti hujan lebat dan gelombang tinggi hingga 4 meter di perairan Kepri. “Cuaca buruk dan banjir Sumut bisa memutus rantai pasok, ditambah lonjakan permintaan Nataru – kami petakan stok intensif untuk subsidi transportasi udara,” tegas Ansar dalam High Level Meeting TPID, 24 November 2025.
Di Batam, inflasi lokal mencapai 0,25 persen (mtm), didorong tarif penerbangan dan harga ikan selar, sementara Pemko menyiapkan 52.000 paket sembako murah Rp52.000 per paket mulai awal Desember.
Namun BPS optimistis inflasi terkendali di bawah 3,5 persen dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan bantuan digital farming, meski tekanan global seperti BBM ikut berpengaruh.
Kini TPID memperketat koordinasi OPD, BUMN pangan, dan BI untuk jaga stabilitas harga hingga Lebaran 2026. (KS04)