Batam, Keprisatu.com – Thailand Open Grand Prix 2022 yang digesa 17 – 19 Juni silam, telah memunculkan sederet atlet berprestasi. Kejuaraan jujitsu tingkat internasional itu, menjadi kesempatan para atlet jujitsu Indonesia untuk mengukir prestasi di tingkat internasional.
Ayu Zwa salah satunya. Di ajang pertandingan tingkat dunia, atlet jujitsu Ayu Zwa berhasil meraih perak. Sebuah penghargaan yang tak bisa dianggap enteng apalagi untuk ukuran kelas dunia.
Ayu Zwa. Begitu ia akrab disapa. Putri kedua dari Mahesa Arba ini bernama lengkap Nazwah Dzakira Putri Arba. Masih sangat belia. Tapi, prestasinya sudah menggaung ke tingkat internasional.
Teranyer, Zwa mewakili Indonesia di ajang world rangking. Pada event bertajuk Thailand Open Grand Prix 2022 yang digelar 17-19 Juni itu, Zwa membuka ‘langka manis’ untuk Timnas Jujitsu Indonesia.
Ia berlaga di hari pertama. Turun matras di kelas U18 Newaza 52 Kg Putri. Lawan dihadapi Zwa atlet-atlet belia yang juga punya tekat sama. Dari berbagai negara. Thailand, tentu saja atlet yang tak mudah dikalahkan. Selain sebagai tuan rumah, atlet Thailand sangat dikenal kuat, gesit dan cerdas. Pun begitu, tak membuat Zwa gentar. Dia sudah sangat optimis meraih medali.
Benar saja. Saat menapak masuk matras pertandingan, wajah Zwa yang ayu terlihat tak lagi memperlihatkan keayuannya. Berubah garang. Lawan dibanting. Lalu, lekas dikontrol di posisi bawah. Di laga kedua pada babak penyisihan itu, Zwa hanya mampu menang angka. Puas? Tentu saja. Tapi belum cukup. Zwa ingin menyudahi pertandingan dengan teknik kuncian.
Pada laga berikutnya, Zwa membuktikan. Lawan menyerah akibat terkena kuncian armbar. Kuncian pada tangan. Kuncian ini sangat berbahaya. “Ayu Zwa kereen. Maju ke final,” cerita Mahesa Arba, Ayah Zwa. Pada laga pamungkas, siswi SMA N 6 Tanggerang Selatan ini berhadapan dengan atlet Thailand lainnya.
Kali ini tak mudah. Zwa sudah berupaya sekuat tenaga dan strategi. Tapi akhirnya harus merelakan emas impiannya dikalungi lawan. Zwa sedih. Ia tersedu. Tapi itu bukan karena kecengengannya. Ia hanya merasa belum bisa membanggakan Indonesia untuk berdiri di podium paling tinggi. Sang mama, Betty, yang juga hadir menonton di arena, lekas memeluk Zwa. Pelatih Indonesia lainnya berusaha menenangkan Zwa. Menjelaskan bahwa atlet yang dihadapi Zwa adalah atlet andalan Thailand di kelasnya.
Saat pertandingan, Mahesa langsung duduk di kursi pelatih. Memberi arahan saat Zwa bergumul adu strategi bantingan dan kuncian. Pada event ini, Mahesa juga dipercaya menjadi Manajer Timnas Jujitsu Indonesia membawa 22 atlet dari berbagai daerah dan club jujitsu yang ada di Indonesia.
Terpilihnya Zwa memperkuat Timmas Jujitsu Indonesia karena Zwa memang layak mengisi kelas tersebut. Untuk tingkat nasional, Zwa menjadi juara pada event kejuaraan Brazilian Jiu Jitsu di Bandung.
Pada ajang Titan Challenge BJJ itu, Zwa dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya. “Ayu Zwa memang berbakat jadi atlet,” sebut Sang Bunda, Betty. Saat awal latihan, Betty hanya mengizinkan sebatas untuk bekal beladiri bagi anak keduanya itu.
Di Camp Titan BJJ SMAC Tanggerang, Zwa berlatih bersama sang kakak, Zia. Dua belia cantik nan ayu ini berlatih Brazilian Jiujitsu kepada dua mantan atlet nasional: Fikri Ramadan dan Ananda Mauludi Ikhsan alias Caca.
Bahkan Caca sejak Cabang Olahraga Jujitsu dipertandingkan di ajang multievent pada Asian Games 2018 hingga SEA Games Vietnam 2022, masih dipercaya memperkuat Timnas Jujitsu Indonesia. Dua pelatih ini sudah berprestasi di banyak event, salah satunya pada ajang PON XX Papua lalu. Caca meraih emas. Pun di kejuaraan terbuka lainnya, Caca langganan meraih medali.
Caca, pelatih yang juga pemegang sabuk coklat Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) ini menyebut, berlatih jujitsu tidak hanya terkait prestasi. Caca menegaskan, beladiri yang asal-muasalnya dari Jepang ini memang layak dipelajari kaum wanita dan anak-anak.
“Karena memang pembelaan dirinya dilakukan dengan teknik-teknik yang halus,” kata dia. Keunggulan jujitsu ada pada pergumulan di bawah. Banyak teknik-teknik kuncian yang bisa dilakulan, kata Caca, walau saat seseorang itu berada pada posisi tersulit sekali pun.
“Kejahatan bisa terjadi dimana dan kapan saja,” sebut Caca. “Sangat tepat, jika adek-adek kita yang perempuan ini berlatih jujitsu untuk bekal beladiri.”
Tentu saja, selain itu, kata Caca, dengan cabor jujitsu ini, seseorang bisa membanggakan negaranya. “Ya, seperti Zwa ini,” ujarnya bangga. (*/KS03)
Editor : Tedjo