Batam, Keprisatu.com – Kurangnya kesadaran dan keterlibatan aktif orang tua dalam membawa anak ke fasilitas kesehatan menjadi salah satu faktor rendahnya capaian imunisasi dasar lengkap (IDL) di Kota Batam. Kondisi ini berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap ketahanan kesehatan anak-anak di masa depan.
Data Dinas Kesehatan Batam hingga Mei 2025 menunjukkan, cakupan IDL baru mencapai 27,6 persen atau 3.227 anak dari total sasaran 22.988 anak sepanjang tahun ini. Angka tersebut jauh dari target dan mencerminkan masih lemahnya upaya kolektif dalam perlindungan kesehatan balita.
Kepala Dinkes Batam, Didi Kusmarjadi, menyampaikan bahwa pihaknya terus menggencarkan layanan imunisasi, terutama di tingkat puskesmas dan posyandu. Namun, ia menegaskan keberhasilan program ini sangat bergantung pada kemauan dan kesadaran keluarga untuk berpartisipasi aktif.
Dengan capaian yang masih rendah, risiko meningkatnya penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi menjadi ancaman nyata. Upaya edukasi dan pendekatan humanis dinilai penting agar orang tua lebih memahami bahwa imunisasi bukan sekadar rutinitas medis, tapi investasi kesehatan jangka panjang bagi anak.
“Kalau kita lihat dari angka, memang masih jauh dari target, tapi ini akan kita kejar hingga akhir tahun. Tahun lalu kita bisa mencapai lebih dari 90 persen,” ujar Didi, Selasa (17/6).
Selain cakupan IDL secara umum, imunisasi untuk bayi di bawah dua tahun (baduta) juga masih di angka 26,1 persen. Dari target 22.908 anak, baru 3.546 anak yang sudah menerima imunisasi dasar lengkap.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2024 lalu, capaian imunisasi dasar lengkap di Batam mencapai 91,4 persen dari total target 22.908 anak. Sementara untuk baduta, capaian tahun lalu berada di angka 85,2 persen dari target 35.051 anak.
“Jadi kita optimis bisa mengejar lagi tahun ini, tentu dengan dukungan masyarakat dan petugas di lapangan,” katanya.
Didi menekankan bahwa imunisasi dasar lengkap sangat penting dalam melindungi anak dari berbagai penyakit menular dan berbahaya. Jenis vaksin yang diberikan terdiri dari berbagai kombinasi dan dilakukan secara bertahap sejak anak lahir hingga usia 18 bulan.
“Mulai dari vaksin hepatitis B yang diberikan 24 jam setelah lahir, hingga vaksin campak-rubella, Japanese Encephalitis, dan penguat vaksin pneumonia dan DPT-HB-HIB untuk usia 9-18 bulan,” jelasnya.
Dinkes juga mengimbau para orang tua agar aktif membawa anak ke posyandu atau puskesmas terdekat. (KS03)