Beranda Batam Cabe Merah dan Sayur Penyumbang Terbesar Inflasi di Kepri

Cabe Merah dan Sayur Penyumbang Terbesar Inflasi di Kepri

52
0
Harga cabai mempengaruhi inflasi
Harga cabai mempengaruhi inflasi

Keprisatu.com – Tim Pemantauan Dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mencatat Juli 2021, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepulauan Riau (Kepri) secara bulanan mengalami inflasi 0,43 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan Juni 2021 yang mengalami deflasi sebesar 0,13 persen (mtm).

Inflasi didorong oleh kelompok volatile food terutama akibat kenaikan harga cabai merah dan sayuran serta kelompok administered prices yaitu aneka jenis rokok.

Wakil Ketua Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kepulauan Riau Musni Hardi K. Atmaja mengatakan, selain itu, kelompok inti juga tercatat mengalami inflasi yang didorong oleh kenaikan harga sewa rumah, pakaian muslim wanita dan alat penggorengan.

Kata dia, IHK Nasional tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan Juni 2021 yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,16 persen (mtm).

“Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kepri pada Juli 2021 mengalami inflasi sebesar 2,06 persen (yoy), meningkat dibandingkan Juni 2021 sebesar 1,52 persen (yoy) dan berada dalam rentang sasaran inflasi Nasional sebesar 3 ± 1 persen (yoy),” kata Musni, Rabu (4/8/2021).

Kata dia, inflasi di Kepri pada Juli 2021 bersumber dari kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah, bayam, minyak goreng dan rokok seiring menurunnya pasokan dan hasil panen sayuran yang terdampak kondisi cuaca yang cenderung kering.

“Inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi utamanya oleh penurunan tarif angkutan udara seiring penerapan kebijakan PPKM serta penurunan harga emas di pasar global yang mendorong penurunan harga emas perhiasan,” ujarnya.

Secara spasial sambungnya, Kota Batam mengalami inflasi sebesar 0,45 persen (mtm), dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 0,36 perseb (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kota Batam mengalami inflasi sebesar 2,18 persen (yoy), dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 1,23 persen (yoy).

“Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam pada Juli 2021 adalah cabai merah, bayam, minyak goreng, sawi hijau dan kacang panjang,” ujarnya.

Sementara itu, kata Musni, komoditas penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah cabai merah, bayam, telur ayam ras, ikan tongkol, dan pepaya. Di sisi lain, daya beli masyarakat masih cukup kuat sebagaimana diindikasikan dari inflasi pada kelompok inti.

Musni menuturkan, memasuki bulan Agustus 2021, tekanan inflasi diperkirakan berkurang dan tetap terkendali di rentang bawah sasaran inflasi. Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai antara lain, gangguan distribusi komoditas akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah di Indonesia yang diperkirakan masih berlanjut, dan penurunan curah hujan yang dapat mengganggu hasil panen sehingga mendorong peningkatan harga sayuran.

“Sehubungan dengan hal tersebut, upaya pengendalian inflasi oleh TPID akan difokuskan untuk menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan dengan memprioritaskan arus bongkar muat bahan pokok di pelabuhan dan melakukan operasi pasar dalam hal diperlukan.

Dalam rangka memberikan kemudahan berbelanja secara online di tengah kondisi PPKM, TPID terus mendorong pemasaran bahan pangan secara online antara lain melalui aplikasi Bakulan Batam dan Gerai Tani Online Tanjungpinang yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS) untuk mengurangi risiko penularan COVID-19.

Untuk menjamin kelancaran serta ketersediaan pasokan khususnya bahan makanan, TPID siap untuk melakukan transaksi dalam kerangka Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang telah terjalin dengan beberapa daerah,” ucapnya.(KS10).

Editor : Tedjo