Beranda Nusantara Tak Ingin Ngrepoti, Nenek di Madiun Enggan Terima Bantuan Sosial Tunai

Tak Ingin Ngrepoti, Nenek di Madiun Enggan Terima Bantuan Sosial Tunai

81
0
MENOLAK: Mbah Koti memberi makan bebek peliharaannya. Dia menolak bantuan sosial tunai sebesar Rp 600 ribu. (Jawa Pos Radar Madiun)
MENOLAK: Mbah Koti memberi makan bebek peliharaannya. Dia menolak bantuan sosial tunai sebesar Rp 600 ribu. (Jawa Pos Radar Madiun)

Keprisatu.com – Ragam cerita menarik mewarnai distribusi bantuan pemerintah bagi warga terdampak pandemi Covid-19 di Jatim. Bukan hanya soal dinamika selama proses penyaluran, ada juga kisah yang sarat inspirasi.

Kisah itu datang dari Madiun. Katinem, nenek berusia 80 tahun yang tinggal di Kelurahan Bangunsari, Dolopo, menolak menerima bantuan sosial tunai (BST) yang sebelumnya diberikan pada 12 Mei lalu.

Padahal, kediamannya sangat sederhana. Sang nenek juga tinggal sendirian. Sehari-hari, dia menyambung hidup dengan berjualan hasil kebun dan ternaknya di Pasar Dolopo.

Lantas, apa alasannya? ’’Saya tidak ingin merepotkan orang lain,’’ ungkap nenek yang sering menelan obat asma tersebut. Bagi dia, ada yang lebih membutuhkan daripada dirinya.

Sikap itu membuat aparat setempat sempat bingung sekaligus kagum. Sampai-sampai, mereka berusaha membujuk sang nenek. ’’Akhirnya, mau menerima bantuan dengan menangis sambil terus berkata masih mampu bekerja sendiri. Tapi, setelah diterima, tidak tahu diapakan,’’ tutur Bhabinkamtibmas Kelurahan Bangunsari Aipda Hendry Setiawan.

Cerita menarik juga terjadi di Desa Pawoan, Kecamatan Panarukan, Situbondo. Pembayaran bantuan langsung tunai (BLT) pada 91 KK terpaksa menggunakan uang pribadi kepala desa. Penyebabnya, pihak bank yang seharusnya melakukan pencairan ternyata belum bisa memprosesnya karena terganjal administrasi. ’’Padahal, warga sudah berkumpul. Akhirnya, saya membagikan (dengan uang pribadi) disaksikan jajaran forkopimca,’’ kata Kades Pawoan, Saiful Hady.

Sementara itu, distribusi bantuan langsung tunai dana desa (BLT DD) di Desa Ambunten Tengah, Sumenep, diwarnai insiden. Pemicunya adalah beredarnya foto penyerahan BLT DD di balai desa. Di foto itu, seorang penerima bernama Halima memegang uang dan banner kecil bertulisan penyerahan BLT DD di desa tersebut. Kegiatan seremonial itu dihadiri para pejabat setempat.

Padahal, Halima merupakan penerima bansos Covid-19 Kemensos RI Rp 600 ribu di Desa Tambaagung Tengah. Selama ini Halima bertugas sebagai pengasuh anak Kades Ambunten Tengah. Alhasil, sejumlah warga protes. Setelah diklarifikasi, terungkap bahwa foto tersebut hanya seremonial. ”Itu hanya foto-foto guyon setelah kegiatan penyerahan BLT DD. Silakan cek,” kata Kades Ambunten Tengah Fatmiyatun.

Evaluasi Penerima Bantuan Tahap Berikutnya

Di bagian lain, pemprov memastikan bahwa seluruh program bantuan bagi warga terdampak pandemi Covid-19 di wilayah Jatim sudah direalisasikan. Hanya, hingga kemarin distribusinya belum merata.

Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, belum tuntasnya distribusi seluruh program itu disebabkan persoalan administrasi. ”Kami berharap distribusi bisa selesai dalam waktu dekat ini,” katanya.

Di sisi lain, ketepatan penerima program juga dievaluasi untuk dibenahi pada distribusi tahap berikutnya.

Ragam Bantuan untuk Warga Terdampak Covid-19 di Jatim

  • Bantuan suplemen untuk 333.222 KK di Jawa Timur
  • Jumlah bantuan keuangan khusus bergantung pada usulan tiap-tiap daerah.
  • Jumlah bantuan prakerja ditentukan pusat. Saat ini lebih dari 63 ribu orang sudah menerima bantuan tersebut.
  • BPNT Jawa Timur mencapai 750 ribu KK.
  • Bansos dari Kementerian Sosial untuk sekitar 1,18 juta KK

Sumber: jawapos

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini